Jum`at, 26 September 2025
Beranda / Berita / Aceh / Peluncuran Buku, Haba Sagoe Kuta Radja Refleksikan 100 Tahun Tengku Hasan di Tiro

Peluncuran Buku, Haba Sagoe Kuta Radja Refleksikan 100 Tahun Tengku Hasan di Tiro

Jum`at, 26 September 2025 16:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Diskusi Pemikiran dan Peluncuran Buku berjudul “Jalan Pikiran: 100 Tahun Tengku Hasan di Tiro” di Colosseum Coffee, Banda Aceh, Kamis malam (25/9/2025). [Foto: dok. Haba Sagoe Kuta Radja]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati 100 tahun kelahiran tokoh revolusi Aceh, Tengku Hasan Muhammad di Tiro (1925-2025), digelar sebuah kegiatan Diskusi Pemikiran dan Peluncuran Buku berjudul “Jalan Pikiran: 100 Tahun Tengku Hasan di Tiro” di Colosseum Coffee, Banda Aceh, Kamis malam (25/9/2025).

Acara ini menghadirkan penulis buku, Haekal Afifa, sebagai pemateri utama, serta Avicenna Al Maududdy, M.Hum, akademisi UNISAI Samalanga sekaligus Koordinator Peace Generation Aceh, sebagai pemantik diskusi.

KetuaHaba Sagoe Kuta Radja, Muksalmina, dalam keterangannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan inisiatif independen yang lahir dari kesadaran masyarakat sipil.

“Diskusi ini kami inisiasikan sendiri tanpa afiliasi dengan lembaga pemerintah manapun. Ini murni gerakan dari hati nurani untuk merawat ingatan akan sosok Tgk. Hasan di Tiro sebagai tokoh revolusi Aceh,” ungkap Muksalmina.

Dalam pemaparan materinya, Haekal Afifa menekankan bahwa gagasan Hasan di Tiro lebih berfokus pada kesadaran politik dan pendidikan.

“Ide dan pemikiran Hasan di Tiro menekankan pada kesadaran politik, bukan semata pada penggunaan senjata. Perjuangan 1976 bukanlah pemberontakan, terorisme, atau separatisme, melainkan upaya mendidik rakyat Aceh untuk kembali mengingat siapa dirinya. Pemikiran beliau adalah warisan sejarah yang perlu dijaga bersama oleh bangsa Aceh,” ujar Haekal.

Sementara itu, Avicenna Al Maududdy menyoroti dimensi historis dari perjuangan Hasan di Tiro.

“Perjuangan Hasan di Tiro bukanlah sekadar pilihan, melainkan takdir sejarah. Landasan perjuangan itu bukan karena kekecewaan semata, melainkan berdasarkan fakta sejarah bahwa Aceh adalah sebuah kerajaan berdaulat yang diakui di dunia, dan karena itu memiliki hak untuk menentukan kemerdekaannya,” jelas Avicenna.

Diskusi yang berlangsung hingga malam tersebut dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, pegiat literasi, serta berbagai elemen masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi ruang refleksi bersama untuk memahami kembali gagasan serta warisan intelektual Tgk. Hasan di Tiro, sekaligus memperkuat kesadaran sejarah di kalangan generasi muda Aceh. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bpka - maulid