Minggu, 12 Oktober 2025
Beranda / Berita / Aceh / Pegiat Muda: Listrik Aceh Dialirkan ke Sumut Dulu, Ini Ironi Energi di Tanah Sendiri

Pegiat Muda: Listrik Aceh Dialirkan ke Sumut Dulu, Ini Ironi Energi di Tanah Sendiri

Minggu, 12 Oktober 2025 12:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Pegiat muda dari Aceh Barat Daya (Abdya), Angga Putra Ariyanto. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pegiat muda dari Aceh Barat Daya (Abdya), Angga Putra Ariyanto mengatakan sistem interkoneksi listrik Sumatera yang dianggap merugikan Aceh.

Ia menjelaskan bahwa meskipun Aceh memiliki dua pembangkit besar, PLTU Nagan Raya dan PLTA Peusangan, aliran listrik dari Aceh justru dikirim lebih dulu ke Sumatera Utara sebelum kembali disalurkan ke Aceh.

“Ini menimbulkan tanda tanya besar di tengah masyarakat. Aceh punya pembangkit sendiri, tapi kenapa masih sering gelap-gelapan?," ujarnya kepada media dialeksis.com, Minggu (12/10/2025).

Ia bahkan menyindir adanya kemungkinan kepentingan tertentu di balik pemadaman yang terjadi berulang kali.

“Kondisi ini menimbulkan kecurigaan di masyarakat. Mereka merasa dianaktirikan. Jangan-jangan ada pihak kuat yang menunggangi situasi ini untuk kepentingan tertentu,” ujarnya.

Pemadaman listrik yang melanda Aceh beberapa waktu lalu akibat gangguan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya kembali memicu kemarahan masyarakat.

Iamenilai kejadian ini seharusnya menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah untuk segera mengubah arah kebijakan energi. Menurutnya, ketergantungan Aceh terhadap PLTU berbasis batubara sudah tidak relevan dengan semangat pembangunan berkelanjutan dan kemandirian energi yang ramah lingkungan.

“Kejadian pemadaman ini membuktikan bahwa sistem energi berbasis batubara bukan hanya rapuh, tapi juga menyimpan risiko besar bagi masyarakat dan lingkungan,” tegas Angga.

“PLTU harus segera dipensiunkan dini. Kita tidak bisa terus-menerus bergantung pada energi kotor seperti batubara,” tambahnya.

Lebih lanjut, Angga menegaskan bahwa Aceh sebenarnya memiliki potensi energi hijau yang sangat besar dan beragam. Mulai dari tenaga mikrohidro di wilayah pedalaman, energi angin di pesisir barat-selatan, hingga tenaga surya di kawasan pegunungan dan perkotaan.

“Kalau potensi ini dikelola dengan serius dan berbasis masyarakat lokal, Aceh bisa menjadi provinsi pertama di Sumatera yang benar-benar mandiri energi bersih,” kata Angga.

Ia juga menilai, pembangunan energi terbarukan berbasis masyarakat dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi emisi karbon, serta meningkatkan ketahanan ekonomi desa.

"Transisi energi harus dilihat bukan hanya sebagai solusi teknis, tapi juga gerakan sosial untuk kemandirian ekonomi rakyat,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
bank aceh