Beranda / Berita / Aceh / Owner Deputroe Coffee: Dana Bantuan UMKM Jangan Dipakai Beli Chip

Owner Deputroe Coffee: Dana Bantuan UMKM Jangan Dipakai Beli Chip

Senin, 04 Januari 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Owner Deputroe Coffee, Dedi Ikhwani [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tentu sangat membutuhkan dukungan penuh dari pemerintah, karena usaha mikro dapat dikatakan paling banyak menyerap tenaga kerja. Hadirnya UMKM terbukti bisa mengurangi angka pengangguran. 

Namun, di masa pandemi ini kondisi UMKM banyak yang tidak produktif, permintaan pasar terhadap produk UMKM juga menurun, sehingga menyebabkan pelaku UMKM bahkan banyak yang gulung tikar.

Begitulah yang disampaikan oleh Owner Deputroe Coffee, Dedi Ikhwani kepada Dialeksis.com, Senin (4/1/2021).

Dedi melihat kemungkinan terdapat potensi besar di 2021 jika kondisi sudah normal kembali, pelaku UMKM memiliki peluang yang bagus untuk memperbaiki, membangun kembali produk dan usahanya.

"Jika kedepan tetap saja dibatasi, itu akan lebih merugikan. Saya juga mendengar keluhan dari teman-teman yang pelayan cafe, pemilik restauran, hotel, itu sangat berdampak di masa pandemi, kegiatannya semua dibatasi,"  ujar Dedi.

"Usaha saya juga saya itu dibatasi orang masuknya, dulunya bisa menampung 100 orang sekarang hanya boleh 50 persen dari itu justru dan itu sangat merugikan. Sedangkan beban UMKM itu tetap ada seperti bayar listriknya naik, pajaknya tetap dikutip, sementara disisi lain kami dibatasi gitu," tambahnya.

Dedi berharap, mudah-mudahan pandemi ini cepat berakhir supaya bisa membangun kembali usaha-usaha UMKM di negeri ini. Karena selama ini realita di lapangan itu memang rata-rata omzet turun semua, sebagian ada yang besar, kecil, bahkan ada yang gulung tikar.

"Intinya banyak kendala, misal kendala mengenai transportasi, customer, selera konsumen berubah yang kemudian lebih mengutamakan kebutuhan pokok, seperti saya usaha cafe sekitar 40 persen ada penurunan," ungkapnya.

Sejauh ini, menurut Dedi program-program yang telah dijalankan oleh pemerintah sudah bagus, hanya dalam hal implementasinya yang masih kurang. Seperti cara pemerintah mendukung UMKM dengan memnyalurkan dan bantuan 2.4 juta kepada usaha mikro, tetapi realitanya praktik di lapangan perlu dievaluasi.

"Kadang-kadang bisa dikatakan tidak tepat sasaran sehingga menimbulkan konflik horizontal di masyarakat, si pulan kenapa dapat dia kenapa tidak dapat, baiknya jika mau dilakukan pembinaan terhadap UMKM atau masyarakat secara umum jangan bersifat bantuan langsung tunai, karena tidak produktif,"  jelasnya.

Ia sepakat jika penyaluran bantuan dalam bentuk fasilitas seperti mesin atau peralatan-peralatan lainnya, sehingga menunjang peningkatan produksi dari setiap usaha. Tetapi jika langsung diberikan uang usaha kepada masyakat itu sifatnya komsumtif.

Sehingga berdampak besar negatif untuk masyarakat, sekarang masyarakat hanya menunggu kapan diberikan lagi bantuan hingga pada akhirnya timbul rasa malas.

"Saat ini, generasi muda sudah disibukkan dengan dunia game, jangan sampai dana UMKM itu digunakan untuk beli chip nanti, itu yang saya khawatirkan," ungkapnya.

Ia berharap, agar pemerintah menyalurkan bantuan yang tepat sasaran, karena dana tersebut bersumber dari rakyat juga, hal itu mengarahkan kepada hutang luar negeri lagi, kemudian beban lagi ke masyarakat.

Sementara itu, dunia UMKM mengalami permasalahan dari segi marketing, yang masih kalah bersaing dengan produk UMKM di luar Indonesia.

"Kalah kita karena dari biaya produksi kita lebih mahal, tenaga kerja dan bahan sehingga menimbulkan produk yang mahal, padahal produknya sama dengan produk di negara tetangga tetapi karena biaya produksi kita mahal itu jadi masalah," sebutnya.

Dedi juga menyarankan, alternatif lainnya untuk meminimalisir ketidaktepatan penerima bisa juga disalurkan melalui perbankan saja.

"Kalau memang niat bantu ada lembaga keuangan perbankan, perbankan itu punya stadarisasi, kalau bisa suku bunga diturunkan menjadi 3 persen itu diturunkan dengan subdisi dari bank yang dibantu, dari pada dihambur-hamburkan buat tidak tepat sasaran," kata Dedi.

Kepada pelaku UMKM harus bersatu dalam satu visi, harus kompak saling mendukung bukan justru menjatuhkan, harus saling membangun kemitraan sesama.

"Misal saya produksi kopi, teman-teman ada produksi peralatan kopi jadi kita bisa bermitra, jadi konsep kemitraan ini yang harus dikedepankan oleh teman-teman UMKM sehingga lebih bersinergi untuk memajukan dunia UMKM," pungkasnya.

Ia menginginkan pemerintah bisa lebih mengajak masyarakat untuk lebih produktif dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif bukan menina bobokan rakyat dengan bantuan tunai.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda