Beranda / Berita / Aceh / Nelayan Aceh Singkil Diserang Buaya, BKSDA Imbau Waspada Malam Hari

Nelayan Aceh Singkil Diserang Buaya, BKSDA Imbau Waspada Malam Hari

Kamis, 10 Oktober 2024 13:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Seorang nelayan di wilayah Pulau Matahari, Desa Haloban, Kecamatan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil. Seorang warga bernama Amanota (43), asal Desa Asantola, diserang buaya saat tengah mencari tripang di perairan tersebut. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Peristiwa serangan buaya kembali terjadi di wilayah perairan Pulau Banyak Barat, Kabupaten Aceh Singkil, menambah kekhawatiran masyarakat setempat. 

Seorang nelayan, Amanota (43), asal Desa Asantola, diserang buaya saat menyelam untuk mencari tripang di Pulau Matahari pada Selasa (8/10/2024) malam.

Insiden tragis ini terjadi sekitar pukul 23.00 WIB, ketika buaya secara tiba-tiba menggigit bahu dan perut korban, menyebabkan luka serius.

Korban, yang sedang menyelam bersama dua rekannya, Johan (26) dan Hersiwa (28), sempat diseret buaya sejauh 15 meter sebelum akhirnya berhasil diselamatkan oleh Johan, yang dengan berani menusuk perut buaya menggunakan tombak ikan.

Saat ini, korban tengah menjalani perawatan intensif di Puskesmas Pulau Banyak Barat. Kondisinya masih dipantau oleh tim medis setempat. 

Kepala BKSDA Aceh, Ujang Wisnu Barata, mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati saat beraktivitas di sekitar habitat buaya, terutama pada malam hari. 

"Buaya adalah hewan nocturnal yang sangat aktif di malam hari atau dalam kondisi gelap. Mereka mencari mangsa pada waktu tersebut, sehingga aktivitas manusia di habitat mereka sangat berisiko," ungkap Ujang kepada Dialeksis.com, Kamis (10/10/2024).

Kepala BKSDA Aceh juga menegaskan pentingnya upaya mitigasi konflik antara manusia dan buaya, khususnya di kawasan perairan Pulau Banyak yang merupakan bagian dari Taman Wisata Alam (TWA) Kepulauan Banyak. 

TWA ini mencakup gugusan pulau dan perairan yang luas di Samudera Hindia bagian barat Pulau Sumatera, dengan luas perairan mencapai lebih dari 228 ribu hektar.

"Ke depan, kami akan meningkatkan pengawasan di kawasan-kawasan yang diketahui sebagai habitat buaya. Salah satu solusi yang sedang kami rencanakan adalah pemasangan tanda-tanda peringatan di titik-titik rawan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya beraktivitas di malam hari di sekitar habitat buaya," jelas Ujang Wisnu Barata.

Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan nelayan setempat untuk menciptakan jalur aman di perairan yang sering menjadi lokasi mencari ikan dan tripang.

"Pemetaan wilayah yang aman dan edukasi tentang kebiasaan buaya merupakan langkah awal untuk mengurangi risiko serangan," tambahnya.

Serangan buaya ini telah menyebabkan keresahan di kalangan nelayan Pulau Banyak Barat. 

Buaya yang semakin sering muncul di wilayah perairan ini membuat masyarakat cemas, mengingat nelayan bergantung pada sumber daya laut sebagai mata pencaharian utama. 

Kasus seperti yang menimpa Amanota bukan yang pertama kali terjadi, dan mereka berharap adanya langkah konkret dari pemerintah untuk melindungi mereka.

Kondisi perairan yang kaya sumber daya alam ini memang menarik perhatian buaya, terutama pada malam hari ketika mereka mencari mangsa. 

Kawasan perairan Pulau Banyak Barat yang luas dan terhubung dengan habitat alami buaya membuat interaksi antara manusia dan buaya sulit dihindari tanpa upaya mitigasi yang serius. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda