DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, atau yang akrab disapa Mualem, menegaskan komitmennya menjadikan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai fondasi utama pembangunan sumber daya manusia di Aceh.
Ia menyatakan bahwa ke depan, kemampuan membaca Al-Qur’an akan dijadikan syarat utama bagi calon siswa dan bahkan bagi masyarakat yang ingin mengikuti seleksi TNI dan Polri di Aceh.
Pernyataan itu disampaikan Mualem saat membuka Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-37 Tingkat Provinsi Aceh, yang berlangsung di Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya, Meureudu, Sabtu malam (1/11/2025).
“Ke depan, sesuai dengan visi dan misi kami, Al-Qur’an akan menjadi awal dari segala hal. Masuk sekolah SMA kita tes baca Al-Qur’an, masuk SMP harus tes baca Al-Qur’an, bahkan masuk TNI dan Polri juga harus tes baca Al-Qur’an. Insyaallah akan kami programkan supaya Aceh lebih maju dan makmur,” ujar Mualem yang dilansir media dialeksis.com dari akun youtube AcehTV, Minggu, 2 November 2025.
Mualem menegaskan, kebijakan tersebut ditujukan khusus bagi masyarakat beragama Islam, sebagai bagian dari penguatan penerapan syariat Islam di provinsi berjuluk Serambi Makkah itu.
Menurutnya, kemampuan membaca Al-Qur’an bukan hanya persoalan religius, tetapi juga cermin dari identitas masyarakat Aceh yang selama ini dikenal kuat memegang nilai-nilai Islam.
“Bek watei tapeugot tes baca Al-Qur’an eunteuk ka yo. Nyan kunci tanyoe Seuramoe Mekkah, meuhan peu syit ta ok-ok tanyoe Seramoe Mekkah,” ujar Mualem dalam bahasa Aceh, yang artinya: Jangan takut kalau ada tes baca Al-Qur’an. Itu kunci kita sebagai daerah Serambi Makkah, jangan hanya namanya saja Serambi Makkah.
Ia menambahkan, penerapan syarat baca Al-Qur’an ini bukan dimaksudkan untuk membatasi, melainkan mendorong masyarakat agar kembali memperkuat tradisi keislaman, terutama di kalangan generasi muda.
“Langkah ini untuk memastikan generasi Aceh tumbuh dengan nilai-nilai Al-Qur’an, agar mereka tidak kehilangan arah di tengah tantangan zaman,” katanya.
Dalam sambutannya, Mualem menyebut bahwa kemajuan Aceh tidak hanya dapat diukur dari pembangunan fisik atau ekonomi, tetapi juga dari sejauh mana masyarakatnya hidup berlandaskan Al-Qur’an.
Ia menilai, penguatan kemampuan membaca dan memahami Al-Qur’an harus dimulai sejak dini dari tingkat sekolah dasar hingga ke jenjang pendidikan tinggi, bahkan menjadi bagian dari sistem rekrutmen aparatur negara.
“Kalau dari awal kita sudah membiasakan anak-anak dekat dengan Al-Qur’an, maka karakter dan akhlaknya akan terbentuk. Inilah yang akan membawa Aceh menuju kemakmuran yang hakiki,” tutup mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.