Rabu, 19 November 2025
Beranda / Berita / Aceh / Millah Abraham Kembali Muncul, Tgk Akmal Abzal: Efektivitas Dakwah Sedang Diuji

Millah Abraham Kembali Muncul, Tgk Akmal Abzal: Efektivitas Dakwah Sedang Diuji

Selasa, 18 November 2025 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Arn

Pimpinan LPI Al-Anshar, Tgk H. Akmal Abzal, SHI, MA. Foto: for Dialeksis


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Munculnya kembali aktivitas pengikut aliran Millah Abraham menjadi alarm serius bagi kehidupan keberagamaan di Aceh. Fenomena ini kembali mengemuka bersamaan dengan temuan sejumlah warga yang terindikasi mengikuti ajaran peninggalan Ahmad Mushaddeq tersebut. Pimpinan LPI Al-Anshar, Tgk H. Akmal Abzal, SHI, MA, menegaskan bahwa problem penyimpangan akidah belum tuntas meski fatwa terkait kesesatan aliran itu telah lama diterbitkan oleh MUI dan MPU Aceh.

“Ini ujian nyata bagi efektivitas dakwah kita. Penyimpangan pemahaman dan praktik keagamaan semacam ini dapat mengganggu ketenteraman umat, khususnya umat Islam yang menjalankan ibadah sesuai ajaran yang sahih,” ujar Tgk Akmal dalam keterangannya kepada Dialeksis.com, 18 November 2025. 

Menurutnya, fakta bahwa gerakan tersebut kembali teridentifikasi menunjukkan bahwa upaya pencegahan, pembinaan, serta penguatan literasi akidah di masyarakat masih belum optimal. 

Ia mengingatkan bahwa Millah Abraham bukan persoalan baru, melainkan isu berulang yang hadir dalam bentuk rekrutmen dan pola aktivitas yang terus berubah.

Tgk Akmal menekankan pentingnya peran pemerintah dalam memastikan keputusan lembaga keulamaan dijalankan secara konsisten. Ia menilai ketegasan diperlukan agar masyarakat tidak mengambil tindakan sendiri dan agar ketertiban umum tetap terjaga.

“Pemerintah wajib menjalankan keputusan lembaga keulamaan tanpa kompromi. Aparat penegak hukum juga harus hadir mendukung implementasi fatwa sebagai bentuk kepastian hukum sekaligus perlindungan kepada masyarakat,” tegasnya.

Ia menyebut bahwa penegakan hukum yang lemah dapat menciptakan ruang bagi kelompok menyimpang untuk kembali bergerak dan merekrut pengikut baru.

Selain aspek penindakan, Tgk Akmal menyoroti pentingnya pembenahan metode dakwah. Menurutnya, dakwah tidak boleh berhenti pada rutinitas ceramah, tetapi harus mampu menyentuh akar persoalan yang dihadapi masyarakat hari ini.

“Sangat ironis, pengajian berlangsung hampir setiap hari, tapi ada saja warga yang mudah terpengaruh ajaran sesat. Ini tanda ada yang perlu dievaluasi dari metode dan pendekatan dakwah,” ujarnya.

Dirinya menilai dakwah harus menyesuaikan pendekatan yang lebih kontekstual, dialogis, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Para pendakwah, kata dia, perlu memperkuat kemampuan membaca perubahan sosial, psikologis, dan perkembangan ruang digital yang menjadi lahan subur bagi berbagai narasi keagamaan.

Tgk Akmal juga menegaskan bahwa keberhasilan dakwah tidak boleh diukur dari besarnya jamaah atau banyaknya kegiatan keagamaan yang berlangsung. Tolok ukur utama, menurutnya, adalah terbentuknya karakter sosial dan spiritual masyarakat yang kokoh.

“Tidak layak disebut berhasil jika di sekitar lembaga pendidikan masih ditemukan warga yang terpapar paham menyimpang. Ini menunjukkan ada kelemahan dalam distribusi dan internalisasi nilai-nilai akidah,” jelasnya.

Karena itu, ia mendorong agar dakwah baik secara tatap muka maupun digital dimaksimalkan dengan pola yang terstruktur, masif, dan berorientasi pada pemurnian akidah. Upaya ini, menurutnya, penting agar generasi Aceh ke depan mewarisi ajaran Islam yang lurus dan autentik.

Tgk Akmal menutup keterangannya dengan mengingatkan bahwa Aceh memiliki sejarah panjang dalam menjaga kemurnian ajaran Islam. Oleh karena itu, fenomena semacam Millah Abraham harus menjadi momentum bersama untuk memperbaiki cara berdakwah, memperkuat pemahaman masyarakat, dan memastikan tidak ada ruang bagi ajaran-ajaran yang berpotensi memecah harmoni kehidupan beragama.

“Akidah adalah fondasi. Jika fondasi goyah, seluruh bangunan masyarakat ikut rapuh. Karena itu, kewaspadaan dan keseriusan adalah harga mati,” pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI