Mengapa Malaysia Jadi Pilihan Berobat Warga Aceh, Simak Penjelasan Ketua PERSI Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Arn
Prof. Dr. dr. Azharuddin, Sp.O.T., O.T.B(K), Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Aceh. Foto: Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Dialeksis mendapatkan perhatian luar biasa dari pembaca setelah artikel berjudul "Kenapa Orang Aceh Selalu Pilih Penang untuk Berobat, Ini Jawabannya" dipublikasikan Rabu (01/01/2024). Salah satu tokoh yang memberikan sudut pandangnya adalah Anugrah Priya Pratama, seorang influencer Aceh yang kerap berobat ke Penang, Malaysia. Ia mengungkapkan alasan utama masyarakat Aceh lebih memilih negeri jiran tersebut sebagai destinasi pengobatan.
Untuk mendalami lebih lanjut, Dialeksis berbincang dengan Prof. Dr. dr. Azharuddin, Sp.O.T., O.T.B(K), Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Aceh.
Menurut Prof. Azharuddin, ada banyak alasan di balik keputusan masyarakat Aceh berobat ke luar negeri, khususnya ke Malaysia.
“Ketidakpuasan terhadap layanan rumah sakit di dalam negeri sering menjadi faktor utama. Namun, ada juga yang memanfaatkan momen ini untuk sekalian berwisata atau refreshing,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas layanan rumah sakit lokal, termasuk aspek medis, keamanan, hingga kenyamanan.
"Rumah sakit harus memberikan nilai tambah. Keramahtamahan dalam melayani, mulai dari manajemen puncak hingga staf di lapangan, adalah faktor penting. Hal ini sering kali menjadi alasan mengapa pasien merasa 'setia' dan tidak mencari layanan di luar negeri," tambahnya.
Selain itu, Prof. Azharuddin menyebutkan bahwa keberadaan layanan pasca-pengobatan, seperti customer service yang aktif memantau kondisi pasien, juga sangat diperlukan.
Ia mencontohkan rumah sakit luar negeri yang memiliki forum untuk mendengar keluhan dan masukan pasien melalui program seperti "The Value of Patient Voice".
Ia juga mengkritik rumah sakit di Indonesia yang terlalu berpuas diri dengan predikat akreditasi bintang lima.
“Tidak jarang, predikat paripurna ini tidak linear dengan kualitas layanan yang paripurna. Ketika saya memimpin Rumah Sakit Zainoel Abidin (ZA), kami berusaha keras mencapai akreditasi internasional dari Joint Commission International (JCI) yang berbasis di Amerika Serikat. Standar ini sangat ketat, dan membutuhkan perubahan budaya kerja secara menyeluruh,” ujarnya.
Prof. Azharuddin berharap, suatu hari rumah sakit di Aceh dapat mengadopsi standar internasional untuk memberikan pelayanan terbaik dengan prinsip "patient safety first and quality".
- Pelayanan RSUDZA Dinilai Menurun, PERSI Aceh: Layanan Publik Harus Diservis dengan Baik
- Pasien Diduga Sulit dapat Rujukan hingga Meninggal, Begini Respons Ketua Persi Aceh
- Kepala Daerah Mendadak Stroke, dr Azharuddin: Meskipun Padat Jadwal, Kesehatan Diri Harus Diutamakan
- Sepanjang 2022, Tren Rumah Sakit di Aceh Mulai Membaik Pasca Pandemi COVID-19