Beranda / Berita / Aceh / Masyarakat Aceh Harus Siap Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Masyarakat Aceh Harus Siap Hadapi Bencana Hidrometeorologi

Minggu, 22 Januari 2023 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Pemerhati Sosial dan Lingkungan Aceh, TM Zulfikar [Foto: for Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebagaimana yang disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sempat memperingatkan agar warga waspada bencana hidrometeorologi sepanjang beberapa waktu ke depan.

Hal ini terkait dengan dampak curah hujan tinggi akibat perpaduan musim hujan dan La Nina yang terjadi pada bulan tersebut.

Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh aktivitas cuaca seperti siklus hidrologi, curah hujan, temperatur, angin dan kelembaban.

Salah satu bentuk bencana hidrometeorologi yang saat ini perlu di waspadai yakni bencana banjir.

Hidrometeorologi adalah perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Indonesia sering mengalami perubahan cuaca dan iklim secara mendadak dan ekstrem yang berujung pada bencana hidrometeorologi.

Cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam periode lama yang bisa menyebabkan bencana banjir dan tanah longsor. Apalagi banyak daerah yang tidak memiliki resapan yang bagus akan terus terkena banjir.

Provinsi Aceh yang memiliki 9 wilayah sungai dengan ratusan daerah aliran sungai (DAS) ditambah lagi dengan ribuan anak-anak sungainya.

Menanggapi hal itu, Pemerhati Sosial dan Lingkungan Aceh, TM Zulfikar seringkali menyampaikan, bahwa berbagai bencana banjir yang terjadi di hampir seluruh Kabupaten/Kota di Aceh. Apalagi jika musim hujan tiba, maka bencana hidrometeorologi juga pasti akan menghampiri.

"Berbagai wilayah di Aceh sepertinya "berlomba-lombaā€¯ dihampiri air yang seharusnya menjadi sumber kehidupan tapi karena datangnya dalam jumlah besar, air yang harusnya anugerah, menjelma jadi sebuah daya rusak. Padahal sebelumnya kita tidak pernah mengharapkan ini," kata TM Zulfikar kepada Dialeksis.com, Minggu (22/1/2023).

Lebih lanjut, kata Zulfikar, kerusakan hutan, lahan dan lingkungan di wilayah hulu termasuk di bagian tengah hingga ke hilir, menjadi faktor penyebab utama terjadinya banjir di Aceh.

Bencana banjir yang juga terjadi secara beruntun di Indonesia termauk di Aceh, salah satunya justru diakibatkan penggunaan ruang yang mengabaikan kemampuan dan daya dukung lingkungan yang ada.

"Ini menyebabkan akumulasi kerusakan yang terjadi terus menerus dan menyebabkan terjadinya bencana," ungkapnya lagi.

Untuk itu, Dosen Konservasi Lingkungan Universitas Serambi Mekkah itu meminta, masyarakat harus benar-benar siap menghadapi datangnya bencana hidrometeorologi ini, termasuk kesiapan untuk terus menjaga kelestarian lingkungan, termasuk hutan, lahan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) karena terjadinya konversi lahan baik untuk kepentingan perkebunan skala besar maupun pertambangan, baik tambang skala kecil seperti galian C maupun tambang besar yang sangat ekstraktif jika tidak dikelola dan dipantau secara baik, maka turut menyumbang kerusakan lingkungan di sekitarnya.

Maraknya berbagai aksi tersebut, lanjutnya, juga dipicu kebijakan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Mulai sekarang berbagai regulasi, termasuk rencana tata ruang wilayah serta berbagai perencanaan pembangunan yang sudah disusun harus benar-benar menjadi rujukan baik oleh Pemerintah mulai dari Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota hingga di tingkat Gampong.

"Akankah kita secara terus menerus akan mewariskan bencana untuk anak cucu kita?, keputusannya ada pada diri kita masing-masing," pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI