Beranda / Berita / Aceh / Masri Ajak Seluruh Pihak Berantas Narkoba di Aceh Tenggara

Masri Ajak Seluruh Pihak Berantas Narkoba di Aceh Tenggara

Senin, 02 November 2020 15:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Sekjen PD Muhammadiyah Aceh Tenggara, Masri Amin. [Dok. FB Pribadi]


DIALEKSIS.COM | Kutacane - Kasus penusukan dan usaha untuk mencelakai Ustadz Muhammad Zaid Maulana oleh seorang berinisial MA ketika Maulid Nabi SAW di Masjid Al Husna, Desa Kandang Belang, Kecamatan Lawe Bulan, Aceh Tenggara jadi momentum 'Gerakan Semesta Melawan Narkoba'.

Hal itu disampaikan Sekjen PD Muhammadiyah Aceh Tenggara Masri Amin S.E M.Si mengutip halaman facebooknya dengan nama yang sama, Senin (2/11/2020).

Masri sebelumnya menyampaikan, pelaku pernah tinggal lama berjarak lebih kurang 30 meter dari batas tambak kolamnya. "Rumah itu seperti markas pesta narkoba dan seks bebas. Dan sudah diketahui oleh umum. Terhitung pelaku dapat disebut masih kerabat, di luar sebagai tetangga. Ibunya berasal dari desa saya," ungkapnya.

"Gerakan Semesta Melawan Narkoba harus jadi gerakan yang serius dan bukan lipstik," ujar Masri.

Ia juga mengapresiasi aparat penegak hukum yakni Polres Aceh Tenggara yang telah bergerak cepat menangkap pelaku dan melakukan konsolidasi dengan beberapa pemuka Agama dari beberapa unsur.

"Yang ingin saya sampaikan, kasus ini jangan digiring agar masyarakat dan atau publik tahu bahwa kasus yang terjadi efek dari "minum tuak". Dalil, pelaku peminum tuak juga bisa jadi benar. Namun efek minum tuak sehingga bertindak luar biasa, dijadikan dalil utama. Justru yang menggiring opini ini diduga tidak waras dan etis," ungkap Masri.

"Kita jangan terperangkap dalam wacana sesat dan menutup mata kita kalau narkoba di Aceh Tenggara beredar dan berdampak luas di Aceh Tenggara. Separah-parah orang kecanduan ganja, dia hanya bersikap cuek dan gila sendiri tanpa bertindak berlebihan dan mau menjambret membunuh, mencuri barang-barang yang mudah dijual. Kalau adapun tindakan kriminalnya semata kasuistik dan tidak massif dan meresahkan," tambahnya.

Masri berujar, efek minum tuak, jauh dari soal bunuh membunuh. Mencuri bisa jadi tapi tidak massif juga. Menurutnya, kalau sempat efek tuak nekad membunuh, sudah dari abad yang lalu banyak terjadi pertumpahan darah.

"Paling peminumnya ribut di lapo tuak atau pulang ke kampung, ngomong bersuara keras dengan isi tak terkontrol. Justru narasi tuak dijadikan framing kasus akan membuat masyarakat suku tertentu tersinggung karena tuak dijadikan minuman tradisi tapi bukan sampai mabuk," jelas Alumni S2 Ilmu Politik, Politik Lokal dan Otonomi Daerah UGM itu.

Hingga hari ini, tingkat kriminalitas dan kejahatan terus merasahkan masyarakat Aceh Tenggara. Penjambretan di jalan raya, pencurian barang yang mudah dijual dan harga miring seperti HP, bohlam/lampu, beras, pinang, ternak, pot berisi bunga, peralatan rumah tangga dan lain-lain," tambahnya.

Hal ini, lanjut Masri, efek ketergantungan terhadap sabu-sabu dan di jual bak kacang goreng karena ada paket "Pahe" cuma 15-20 Ribu sudah bisa dapat sekali hisap. Atau sekelompok pecandu tek-tek'an dengan membelinya.

"Bong (alat hisap) nyapun cukup sederhana cuma botol/gelas air mineral, pipet plastik dan korek gas yang tungkai kepalanya dicopot. Bekasnya mudah dijumpai di sudut kampung, pondok-pondok di persawahan/kebun dan lain-lain," ungkap Masri.

"Lalu ini kita anggap biasa? Kita lumpuh semua di dihadapan sabu-sabu. Saatnya kita semua bersatu, terutama masyarakat desa. Pemerintah desa perlu membuat qanun/Perdes terkait larangan narkoba dan kejahatan lainnya bisa berkolaborasi dengan para pihak. Bagi aparat penegak hukum, peristiwa ini menjadi titik balik mengokohkan kembali kepercayaan publik yang selama ini mulai tergerus," tambahnya.

Terdengar kabar, lanjut Masri, tidak ada yang berani jadi saksi (tidak kooperatif) dalam peristiwa Ustad Zaid Maulana. Entah takut ada orang kuat atau sengaja mengaburkan dan mengulur peristiwa biar lupa.

"Dengar kabar, barang Bukti cuma pisau cutter, namun ada sembung/sarungnya belati di lokasi. Gak Nyambung - bak pantun. Entahlah. Bila kasus ini kabur, patut diduga demi menutup mata kita atas fakta bahwa selama ini narkoba jenis sabu marak di Aceh Tenggara. Mau cuci tangan," ungkap Masri.

"Sahabat aktivis mahasiswa/pemuda, pers dan pegiat LSM kiranya turut bergerak bersama mengungkap peristiwa ini dan dalam gerakan semangat anti narkoba membantu penegak hukum. Ya sebagimana, selama ini seperti semangat berdemo dan statement terkait kasus korupsi di media," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda