kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Maraknya Peredaran Narkoba di Aceh, Saidan Nafi: Bila Perlu Tembak Mati

Maraknya Peredaran Narkoba di Aceh, Saidan Nafi: Bila Perlu Tembak Mati

Rabu, 17 Februari 2021 20:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Mantan Kepala BNNP Aceh, Saidan Nafi. [For Dialeksis]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Mantan Kepala Badan Narkotika Nasional Provinsi Aceh, Saidan Nafi merespon maraknya narkotika jenis sabu yang kerap masuk melalui pantai timur Aceh. Diketahui dalam kurun setahun terakhir, ratusan kilogram sabu masuk dan diamankan melalui jalur tersebut.

"Keamanan di sekitar pesisir pantai perlu ditingkatkan. Apalagi di Aceh kita punya Lembaga adat Panglima Laot, mereka sangat menguasai daerah yang sangat rawan dan jalur-jalur tikus yang diselundupkan barang haram itu," ujar Saidan Nafi saat dihubungi Dialeksis.com, Rabu (17/2/2021). 

Ia melanjutkan, seharusnya pemerintah bisa berkerja sama dengan Lembaga panglima laot, lalu panglima laot ini bisa berkomunikasi dengan penegak-penegak hukum yang ada di sekitar Kapolsek, Danramil dan kemudian juga tokoh-tokoh masyarakat di gampong dan daerah pesisir pantai. 

"Selama ini, disitulah kelemahan di Aceh ini, Penegak hukum memang harus di depan namun tanpa didukung oleh masyarakat adat sama saja nol," kata Saidan Nafi yang juga merupakan mantan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA).  

"Misal, kejadian yang di Bireuen mereka bekerjasama dengan berbagai pihak oknum-oknum tertentu sehingga mereka leluasa memasukkan sabu ratusan kilo gram, hal itu disebabkan akibat tidak ada kerjasama penegak hukum dengan tokoh-tokoh adat," tambahnya. 

Mantan Kepala BNN Aceh itu mengatakan, belum adanya kesadaran untuk melakukan kerjasama dengan elemen masyarakat. 

"Selama ini tokoh masyarakat tak berani melapor namun harus diupayakan mereka lebih berani dengan berbagai strategi, supaya tokoh masyarakat adat, agama, pemerintahan gampong itu bisa kerjasama," tuturnya. 

Ia menjelaskan, bahaya narkoba mencakup dalam berbagai lini kehidupan. Menghancurkan ekonomi rakyat karena demi secuil sabu tokoh pemuda berani merampok, menjual harta orangtuanya.

"Mereka melakukan berbagai cara untuk bisa mendapatkan sabu, Pemakai sabu-sabu itu tidak cerita lagi untuk menjalankan solat, kerja tidak mau lagi," ungkapnya.

Saidan menyarankan, semua strata sosial, tokoh masyarat adat, pemuda harus bersatu padu dalam mengenyahkan barang haram itu. 

 "Kepada para pemasok harus ada tindakan tegas dan penegak hukum harus berani menjatuhkan hukuman mati apabila perlu tembak mati ditempat," tegasnya.

Keyword:


Editor :
Fira

riset-JSI
Komentar Anda