Beranda / Berita / Aceh / Mahasiswa Kelas Politik Asia Tenggara UIN Ar-Raniry Gelar Nobar dan Bedah Film

Mahasiswa Kelas Politik Asia Tenggara UIN Ar-Raniry Gelar Nobar dan Bedah Film

Jum`at, 31 Maret 2023 21:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Seluruh peserta, baik mahasiswa maupun dosen, berfoto bersama usai Nobar dan bedah film "First They Killed My Father", Kamis (30/3/2023). [Foto: Azwinda Oktaviani Lubis/Ramadhan Fitriani]


DIALEKSIS.COM | Aceh - Mahasiswa Mata Kuliah Kelas Politik Asia Tenggara menggelar nonton bareng (Nobar) dan bedah film "First They Killed My Father" di Ruang Teater FISIP UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, Kamis (30/3/2023) pagi.

Nobar dan bedah film ini merupakan rangkaian dari integrasi  Mata Kuliah Politik Asia Tenggara dengan tema “Meningkatkan Semangat Berparadigma Kritis melalui Diskusi dan Bedah Film” yang diikuti oleh 60 lebih peserta dari kalangan mahasiswa dan dosen.

Kepala Prodi Ilmu Politik, Rizkika Lhena Darwin MA, dalam sambutannya menyampaikan, dirinya mengapresiasi kegiatan Nobar dan Bedah film tersebut karena memberikan dampak positif.

“Saya sangat merasa senang dan mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Selain untuk menambah wawasan para mahasiswa melalui film, juga kegiatan ini memberikan dampak positif terutama terhadap lingkungan yang mana kegiatan ini mewajibkan peserta membawa tumbler (botol minum_red) guna mengurangi pemakaian sampah plastik,” ucap Rizkika.

Pada kesempatan itu, Wadek II FISIP UIN Ar-Raniry, Muhammad Thalal, LC., M.Si., M.Ed mengungkapkan sejarah rezim Khmer merah dan tujuan terbentuknya komunitas tersebut. 

Kegiatan yang dipandu Fitri Sofia Hakim dan menghadirkan tiga orang narasumber ini berjalan lancar.

Narasumber pertama mewakili unsur mahasiswa, Ramadhan Fitriani menyampaikan, film ini menceritakan tentang sejarah kelam Kamboja pada tahun 1975-1979 yang dikuasai oleh Rezim Khmer Merah yang dipimpin oleh Poll Pot.

"Rezim Khmer Merah menyingkirkan semua pengaruh barat dan membuat masyarakat menjadi setara sebagai petani agraris sehingga tidak ada kesenjangan sosial," tuturnya.

Sementara narasumber kedua dari unsur akademis, Melly Masni MIR mengatakan, ketika militer AS meninggalkan Vietnam dan Kamboja, Pasukan Khmer Merah mengambil alih sehingga jutaan orang Kamboja mengungsi dan terbunuh. 

"Menariknya, Khmer Merah justru berseberangan dengan Pemerintah Gerakan Komunis Kamboja yang berawal dari Partai Revolusi Rakyat Khmer yang dibentuk pada 1951 di bawah naungan Viet Minh, sebuah Partai Kemerdekaan Vietnam," paparnya.

Kemudian Dr. Phil. Saiful Akmal, M.A, sebagai narasumber ketiga yang juga pengampu Mata Kuliah Politik Asia Tenggara menyebutkan, plot dari film ini alur ceritanya maju mundur dan dramatis. 

"Film yang dibangun secara emosional sehingga memberikan wacana kritis dimana ending film yang disutradarai oleh Angelina Jolie tersebut memberi pesan kuat tentang versi damai oleh (negara) si pembuat film," teangnya.

Termasuk di dalamnya, jelas Dr Saiful, pesan yang implisit bahwa sebenarnya perang di Kamboja yang sedang berkecamuk saat itu sebenarnya adalah akses panjang dari Perang Dunia II dan Perang Dingin antara ideologi liberalisme kapitalisme dengan ideologi sosialisme komunisme. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda