kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Lobster Aceh Peluang Menjanjikan

Lobster Aceh Peluang Menjanjikan

Sabtu, 27 Januari 2018 23:37 WIB

Font: Ukuran: - +

Keramba budidaya lobster milik Fajar (31) di Ulee Lheue, Aceh Besar.


DIALEKSIS.COM, Banda Aceh - Budidaya lobster di Aceh menjadi salah satu peluang usaha nelayan yang sangat menjanjikan. Apalagi lobster dari perairan laut Aceh dikenal salah satu ekspor yang memiliki kualitas terbaik di dunia.

Namun begitu peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No.1 Permen-KP tahun 2015, melarang ekspor bibit lobster yang masih berukuran di bawah 200 gram.

"Lobster di sejumlah wilayah perairan laut Aceh sangat banyak, tapi tidak boleh mengekspor lobster yang berukuran kecil di bawah 200 gram. Jika kedapatan akan ditangkap di bandara oleh petugas. Maka saya tertarik untuk membuat usaha budidaya lobster," kata Fajar (31) warga Banda Aceh kepada dialeksis.com, Sabtu (27/01/18).

Fajar (30) mengaku sudah merintis usaha keramba budidaya lopster bersama tiga rekannya sejak tahun 2012 lalu. Dia mendapat pasokan berbagai jenis bibit lobster kualtas ekspor dari nelayan yang berada di Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar dan Lamno, Calang Kabupaten Aceh Jaya. Rata-rata harga berkisar Rp 25 hingga 30 ribu perekornya yang masih berukuran 100 gram.

"Bbitnya lobster saya beli hasil tangkapan nelayan dari Pulo Aceh, Lamno dan Calang, sekali masuk 70 hingga 10 ekor, dalam sebulan ada tiga kali dikirim bibit yang masih berukuran dibawah 200 gram," katanya.

Setelah merawat dan memberi pakan secara alami selama beberapa bulan, Lobster hasil budidaya Fajar yang sudah berukuran diatas 200 gram ini kembali dipasok ke sejumlah rumah makan dan restorant baik yang ada di Aceh maupun keluar Aceh dengan harga perkilogramnya mulai dari Rp 400 hingga Rp 800 ribu.

"Lobster yang saya budidaya ini jenisnya mutiara, pasir, batu, dan bambu, biasanya banyak permintaan saat tahun baru dan imlek, kalau hari-hari biasa yang pesan langganan rumah makan dan restoran," jelasnya.(puh)

Keyword:


Editor :
Ampuh Devayan

riset-JSI
Komentar Anda