DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ribuan massa dari berbagai kalangan memadati Stadion Haji Murtala Lampineung, Banda Aceh, pada Minggu (27/7/2025) pagi, dalam aksi solidaritas bertajuk Aksi Bela Palestina.
Mereka datang terdiri dari anak muda, bapak-bapak hingga ibu-ibu, semua bersatu menyuarakan dukungan untuk rakyat Palestina yang hingga hari ini masih hidup di bawah tekanan dan penjajahan Israel.
Amatan media dialeksis.com di lapangan, para peserta melakukan long march dari taman Sultanah Safiatudin menuju Stadion Haji Murtala Lampineueng dengan membentangkan bendera Palestina dan Indonesia bersamaan.
Salah satu peserta aksi, Yuliansyah Yunus, Keuchik Gampong Bandar Baro sekaligus Ketua Asosiasi Keuchik Kota Banda Aceh (ASKEBA) menyebut momentum ini sebagai bentuk nyata dari kepedulian masyarakat Aceh terhadap penderitaan bangsa Palestina.
“Ini menjadi momentum besar bagi masyarakat Banda Aceh, khususnya Aceh, untuk berjuang bersama-sama membela Palestina. Semoga apa yang kita lakukan hari ini menjadi amal jariah. Kita berharap Palestina bisa merdeka secepatnya dan tidak ada lagi penjajahan oleh Zionis Israel,” ungkap Yuliansyah saat ditemui di sela-sela aksi kepada media dialeksis.com.
Ia juga menambahkan, semangat masyarakat Aceh dalam mendukung Palestina sudah tertanam sejak lama. Tidak hanya dalam bentuk aksi massa seperti ini, tapi juga dalam penggalangan dana, doa kolektif, hingga pendidikan tentang pentingnya membela kaum tertindas.
"Dari Banda Aceh, kami serukan. Palestina tidak sendiri. Dan perjuangan belum selesai," ujarnya.
Yuliansyah Yunus, Keuchik Gampong Bandar Baro sekaligus Ketua Asosiasi Keuchik Kota Banda Aceh (ASKEBA). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]Fatimah, seorang ibu muda dari Gampong Peurada, datang bersama dua anaknya. “Saya ingin anak-anak tahu bahwa hari ini kita tidak sedang diam. Kami di sini untuk menunjukkan bahwa mereka (Palestina) tidak sendiri,” ujarnya sembari mengibarkan bendera kecil Palestina.
Fatimah menyebut bahwa ia sengaja membawa anak-anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar untuk menyaksikan langsung aksi solidaritas itu.
Menurutnya, nilai-nilai kemanusiaan tidak cukup hanya diajarkan lewat buku atau tayangan media, tetapi harus dihidupkan lewat pengalaman nyata.
“Mereka harus lihat bahwa ada ribuan orang di Banda Aceh yang peduli, yang bergerak. Ini bukan sekadar aksi simbolik, ini cara kita mengajarkan bahwa ketidakadilan harus dilawan, meski dari jauh,” pungkasnya. [nh]