Selasa, 19 Agustus 2025
Beranda / Berita / Aceh / Lapangan Musara Alun Jadi Ikon Baru Takengon

Lapangan Musara Alun Jadi Ikon Baru Takengon

Selasa, 19 Agustus 2025 10:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Lapangan Musara Alun, sebuah ruang publik yang kini menjelma menjadi ikon baru dan pusat keramaian warga Takengon. [Foto: Diskominfo Ateng]


DIALEKSIS.COM | Takengon - Sore itu, suara tawa anak-anak bersahutan dengan riuhnya obrolan orang tua. Di bawah langit senja yang cerah, puluhan warga terlihat menikmati waktu luang mereka. Ada yang duduk santai di bangku-bangku taman, ada yang asyik berfoto, sementara sebagian lainnya terlihat sibuk berolahraga.

Pemandangan ini kini menjadi pemandangan sehari-hari di Lapangan Musara Alun, sebuah ruang publik yang kini menjelma menjadi ikon baru dan pusat keramaian warga Takengon.

Dulu, Lapangan Musara Alun bukanlah tempat yang menarik untuk dikunjungi. Wajahnya kusam, seolah terabaikan. Rumput-rumput liar tumbuh memanjang, sampah berserakan di sana-sini, dan tembok pembatas yang mengelilingi area tersebut terlihat kusam dan tak terawat.

Warga enggan berlama-lama, bahkan hanya untuk sekadar lewat. Tempat ini lebih sering sepi dan minim aktivitas.

Namun, semua itu berubah total. Lapangan Musara Alun kini benar-benar berbenah. Di bawah kepemimpinan Bupati Haili Yoga dan Wakil Bupati Muchsin Hasan, dalam waktu enam bulan saja, tempat ini disulap menjadi ruang publik yang fungsional dan indah. Perubahan ini dilakukan dengan kolaborasi dan gotong royong, tanpa mengandalkan anggaran besar.

Kini, setiap sudut Lapangan Musara Alun menawarkan daya tarik tersendiri. Jalan setapak yang rapi menggantikan rumput liar. Bangku-bangku taman dicat ulang dan ditata apik, memberikan tempat istirahat yang nyaman bagi pengunjung. Lampu-lampu taman yang modern kini menerangi area ini saat malam tiba, membuat suasana semakin hidup dan aman.

Aktivitas warga di sini pun semakin beragam. Anak-anak kecil terlihat riang gembira bermain perosotan dan ayunan di area bermain. Para remaja dan orang dewasa menjadikan area terbuka ini sebagai lokasi favorit untuk berolahraga, mulai dari lari sore, senam, hingga sekadar peregangan ringan.

Salah satu daya tarik utama dari revitalisasi ini adalah sentuhan seni yang kental. Tembok-tembok yang dulu kusam kini dihiasi dengan berbagai mural kreatif. Mural-mural ini tidak dibuat sembarangan, melainkan hasil karya gotong royong seluruh perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah.

Keberadaan mural ini tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga menjadi latar belakang foto yang menarik bagi pengunjung.

"Saya hampir setiap sore ke sini bersama keluarga," ujar Rina, seorang ibu rumah tangga. "Tempatnya sekarang bersih, nyaman, dan anak-anak jadi betah bermain. Suasananya juga lebih hidup. Ini jauh lebih baik dari dulu."

Hal senada juga diungkapkan oleh Budi, seorang mahasiswa. "Dulu, kami cuma kumpul di kafe. Sekarang, Musara Alun jadi alternatif. Bisa nongkrong sambil ngobrol santai, sambil lihat pemandangan dan aktivitas warga. Tempatnya jadi lebih estetik dan cocok buat foto-foto."

Tidak hanya menjadi tempat berkumpul, Lapangan Musara Alun kini juga menjadi ruang interaksi sosial. Warga dari berbagai latar belakang, usia, dan profesi bisa saling bertemu dan berinteraksi. Anak-anak yang bermain bisa saling mengenal, para orang tua bisa bertukar cerita, dan para remaja bisa saling bertemu di sini.

"Ini adalah bukti bahwa kebersamaan itu sangat penting," ujar Bupati Haili Yoga saat ditemui di lokasi. "Kita tidak memerlukan modal besar untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat. Dengan gotong royong dan semangat kebersamaan, kita bisa mewujudkan ruang publik yang indah dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat."

Bupati menambahkan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari kesadaran kolektif. "Semua perangkat daerah turun langsung, membersihkan, menata, dan membuat mural. Dampak manfaatnya sangat luar biasa. Bukan hanya Lapangan Musara Alun yang indah, tetapi semangat kebersamaan itu yang lebih penting."

Lapangan Musara Alun kini telah bertransformasi sepenuhnya. Dari sebuah tempat yang terabaikan, kini menjadi jantung kota yang berdenyut. Ia bukan lagi sekadar lapangan, melainkan sebuah ruang publik yang merangkul semua kalangan, mempererat tali silaturahmi, dan menjadi saksi bisu kebersamaan warga Takengon.[m]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI