Lansia di Aceh Singkil Diterkam Buaya, Pemerintah Diminta Segera Bertindak
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Konferensi pers Himpunan Mahasiswa Pelajar Aceh Singkil (HIMAPAS) yang digelar pada Sabtu, 8 Februari 2025 di Sekber Banda Aceh. Foto: for Dialeksis
DIALEKSIS.COM | Aceh Singkil - Keberadaan buaya liar di Aceh Singkil telah membuat resah warga setempat. Di tahun 2025 saja, dua insiden tragis telah terjadi. Pada 27 Januari 2025, Kaetek (59 tahun) hampir tewas diterkam buaya saat mencari siput di tumpukan eceng gondok. Terbaru, hari ini 8 Februari, Sawiyah (63 tahun) hilang diterkam buaya di sekitar Desa Rantau Gedang.
Himpunan Mahasiswa Pelajar Aceh Singkil (HIMAPAS) angkat bicara, menuntut agar pemerintah daerah segera mengambil langkah konkret dalam menangani konflik satwa liar tersebut.
Menurut Ketua HIMAPAS, Safriadi Pohan, pemerintah harus segera mengambil kebijakan untuk melindungi keselamatan warga, terutama di daerah rawan serangan buaya.
"Setelah dua insiden dalam waktu singkat ini, masyarakat semakin resah. Pemerintah harus segera bertindak dan mencari solusi yang jelas," ujar Safriadi dalam konferensi pers yang digelar pada Sabtu, 8 Februari 2025.
HIMAPAS mendesak pemerintah untuk memasang papan peringatan di lokasi-lokasi yang rawan terjadi serangan buaya, serta melakukan sosialisasi kepada masyarakat yang beraktivitas di wilayah tersebut. Selain itu, HIMAPAS juga mengusulkan agar dilakukan penghitungan ulang populasi buaya di Aceh Singkil, untuk menangani isu potensi populasi berlebihan (over-population) yang kian memunculkan konflik dengan manusia.
Safriadi menjelaskan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dimana UU tersebut saat ini belum ada turunannya dan masih dalam tahap transisi, maka pemerintah harus mengambil peran sampai turunan dari UU tersebut dibuat.
Sebelumnya, kata Safriadi, juga telah dilakukan audiensi antara HIMAPAS dan BKSDA Aceh. HIMAPAS menawarkan sejumlah solusi, salah satunya adalah penghitungan ulang jumlah populasi buaya di Aceh Singkil untuk mengatasi opini yang berkembang bahwa populasinya berlebihan.