Beranda / Berita / Aceh / Landscape Sosial Masyarakat Aceh di Kondisi Pandemic Corona

Landscape Sosial Masyarakat Aceh di Kondisi Pandemic Corona

Rabu, 12 Agustus 2020 10:15 WIB

Font: Ukuran: - +


[Foto: Dialeksis.com]

DIALEKSIS | Banda Aceh - Pandemi covid-19 sudah berjalan kurang lebih enam bulan telah memberikan dampak hampir disegala kegiatan kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk di Aceh sendiri. Menyingkapi kondisi itu, program studi Ilmu Komunikasi Universitas Syiah Kuala mengadakan diskusi Web Binar Komunikasi New Normal bertemkan New Media dalam perubahan Landscape Sosial Kemasyarakatan Aceh Akibat Covid -19 ’’ .

Kegiatan diskusi dilakukan hari selasa (11/08/2020) menghadirkan narasumber Dr. Saleh Syafii sosiolog Aceh, Dr. Rahmawati pakar komunikasi, dan Masrizal, M.A dosen sosiologi FISIP Unsyiah. Selama berlangsung kegiatan diskusi Webinar dihadiri dari kalangan mahasiswa dan dosen tersebar di Indonesia maupun kalangan berbagai  institusi maupun BUMN dan swasta. Pesertanya meliputi; Universitas Andalas, Universitas Telkom, Universitas Mataram , Universitas Satyia Negara Indonesia , Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, IAIN Gorontalo, IAIN Bukit Tinggi, IAIN Lhokseumawe, Universitas Merdeka Malang, Universitas Sumatera Utara, Universitas Islam Sumatera Utara, Universitas Medan Area, Universitas Malikussaleh, Universitas Serambi Mekah, Politeknik Pariwisata Batam, IISIP Jakarta, STFI Sadra Jakarta, STHN Gde Pudja Mataram, UPN Veteran Jatim, STIK Budi Kemuliaan Jakarta, STES Bhakti Negara, STAI Al-Hamidiyah Jakarta, STAI AR- Ridho Bagan Siapiapi, IAI Al-Aziziah, Universitas Syiah Kuala. 

Sedangkan dari kalangan BUMN dan pihak swasta yang ikut Badan Pemeriksa Keuangan RI Dari kantor Imigrasi Sabang, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Bireuen, Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Lhokseumawe, PT. Bank Negara Indonesia (Persero).

Sebelum dimulai diskusi Webinar Deni Yanuar selaku Ketua Panitia Diskusi memberikan sambutan, kegiatan webinar dilaksanakan ilmu komunikasi FISIP Unsyiah menjadi agenda rutin. Ia menjelaskan, "diskusi rutin ini wujud nyata kontribusi kami di dunia kampus untuk membantu memecahkan masalah, menggugah sikap kebersamaan, dan terpenting membangun kesadaran kolektif berperan pada masing-masing tindakan nyata," ujarnya. 

Ketika ditanyakan alasan memilih tema, Deni menjelaskan dipilihnya tema “New Media dalam perubahan Landscape social masyarakat aceh akibat covid 19”, dikarenakan kita sadar  peran new media sangat mempengaruhi kita dalam menyikapi sebuah persoalan. Hal ini karena komunikasi dan informasi sangat mudah diakses bagi kita semua. Namun mempengaruhi juga respon pikiran dan perilaku masyarakat luas. 

"Bagi kita dengan materi yang sangat tepat untuk membawa kita  mengetahui perubahan sikap atau perilaku berkomunikasi masyarakat dalam mengadapi covid 19, dan sekaligus dapat melihat situasi untuk mengetahui ketahanan sosial masyarakat di era new normal, serta  serta bagaimana ketahanan diri dalam menghadapi pandemik covid 19," jelasnya.

Kesempatan narasumber pertama Dr Rahmawati memberikan materi bertemakan,"Perubahan sikap perilaku berkomunikasi masyarakat dalam menghadapi pandemi covid-19". Dirinya mengatakan memang selama pandemi ini berlangsung masyarakat umum akan secara sadar maupun tidak sadar telah membentuk perubahan perilaku yang berakibat pada pola pikir karena kondisi lingkungan. Salah satunya dapat mengubah perilaku melalui pemberitaan media yang menghasilkan sebuah informasi. Bahkan dari informasi mampu menjadi penghambat dan masalah karena saluran informasi dan pesan penyampaiannya tidak tepat dan solutif. 

Ditambah lagi pola komunikasi dan interaksi semakin terbatas satu sama lainnya, salah satunya caranya melalui menggunakan sistem jaringan (daring) maupun interaksi terbatas mengedepankan protokol kesehatan. Sehingga mempertahankan adanya interaksi komunikasi yan terjalin personal ke personal maupun personal dengan kelompok (komunitas) tertentu. 

Pandangan lain dari Rahmawati mengungkapkan,"masyarakat harus mampu mengelola informasi yang mereka terima melalui media tanpa terlalu cepat menanggapi pemberitaan tersebut, hal tersebut merupakan konsep diri yang harus ada pada masyarakat guna tidak mudah terhasut informasi hoax. Informasi yang diberitakan oleh media haruslah sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan oleh masyarakat serta masyarakat harus mampu memahami secara utuh informasi tersebut sesuai kebutuhannya," ulasnya. 

Pikiran dari narasumber kedua Masrizal mengatakan,  masyarakat dapat melakukan perubahan pola gaya hidup seperti dengan kewajiban penggunaan masker dan Handsainitizer dalam setiap melakukan kegiatan, Hal tersebut merupakan langkah guna pencegahan covid-19. Padahal di Negara luar penggunaan masker dan Handsainitizer merupakan pola kehidupan sehat yang telah di bentuk sejak dari lingkungan keluarga. 

 Selanjutnya Masrizal menyinggung tentang bagaimana cara memfreming yang salah pada masyarakat atau pembentukan persepsi yang kurang tepat dalam menanggapi situasi covid-19 saat ini, misalkan langkah karantina yang dipahami masyarakat saat ini sebenarnya masih kurang tepat, karena karantina yang terlihat dari pola perilaku masyarakat yakni mengasingkan salah satu pasien Covid-19 untuk tidak berinteraksi hingga mereka pulih. 

"Padahal langkah yang lebih tepat untuk karantina tersebut yakni membangun rasa empati untuk memberikan dukungan agar mereka segara pulih dengan terus berkomunikasi secara kekeluargaan namun tetap menerapkan protokol kesehatan untuk jaga jarak. Hal ini lebih tepat untuk menyelesaikan masalah covid-19 yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat Aceh yang sesungguhnya,"ujarnya.

Masrizal juga menambahkan ‘’bahwa langkah tepat untuk menyelesaikan Covid-19 dengan membangun kehidupan kekeluargaan antar masyarakat satu sama lain , pola komunikasi harus tetap terjalin guna menguatkan ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu pemerintah dituntut untuk mengambil kebijakan responsif yang dapat dirasakan secara publik dengan tetap memperhatikan kerja sama daerah dan pusat, kontrol bersama antara pusat dan daerah hingga dapat merayakan kemenangan setalah covid-19 usai," tambahnya. 

Pada materi terakhir disampaikan oleh Dr. Saleh Sjafei tentang sub - tema ‘’Defining The Self ’’. Ia memaparkan beberapa bentuk dari defining the self yang sebenarnya memiliki makna secara keilmuan sosial merupakan cara membentuk atau proses pembentukan sebuah kebiasaan baru dalam masyarakat diera New normal dalam menghadapi covid-19 dalam pola kegiatan aktivitas masyarakat.  

Secara lebih lanjut Saleh seorang sosiolog menjelaskan defining the self dimulai dengan sosial Landscape yang merupakan arti dari asumsi atau gagasan awal pembentukan pola dalam inovasi kehidupan baru melalui media. Media dan individu saling terkait sebagai objek dalam permasalahan dan perubahan sosial. Selanjutnya pada langkah Reflecting The Self merupakan proses menceritakan gambaran yang telah dibentuk pada asumsi awal  melalui pengalaman dari individu yang menjadi objek permasalahan sosial dan perubahan sosial. 

"Pada tahap ketiga disebut dengan Defining the Situasition, pada proses dilihat merubah pola berperilaku individu yang menjadikan cerita baru sekaligus memberikan peran pada sebuah kondisi. Sehingga yang terakhir terbentuk lah pola defining the self yang menghasilkan pola perubahan I,ME,MY,MINE yang bila diartikan akan menjadi pola perilaku baru yang ditunjukkan berdasarkan kebutuhan lingkungan disesuaikan dengan jati diri individu itu sendiri. Yang mana individu dapat menjadi terukur nyata kepada orang lain dalam memperlihatkan diri secara dengan hati dan pikiran yang sesuai dengan individu," jelasnya.

Saleh memberika contoh, pola penggunaan masker dan sepeda yang merupakan pola kehidupan baru untuk mencegah sekaligus memperkuat imun tubuh agar tidak terdampak virus covid-19 Selain Dr Saleh juga menambahkan bahwa perilaku defining ini memang akan memberikan sisi negatif berupa perilaku individualistis atau individualisasi yang akan memberikan dampak persepsi yang lebih rasional dan logis pada individu. Sehingga mau tidak mau dibutuhkan antisipasi berupa leadership yang harus segera ditanamkan guna menyeimbangkan perilaku defining the self untuk dapat saling membentuk , kesadaran untuk diri kita sendiri. []
Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda