Beranda / Berita / Aceh / Kunker Perdana, Ketua BEM USK Bantu Advokasi Masalah di Asrama Mahasiswa Papua

Kunker Perdana, Ketua BEM USK Bantu Advokasi Masalah di Asrama Mahasiswa Papua

Selasa, 07 Juni 2022 22:15 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora
Ketua BEM USK mengunjungi asrama mahasiswa Papua dalam kunker perdananya, Senin (6/6/2022). [Foto: dok. BEM USK]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Syiah Kuala (USK), Zawata Afnan melakukan kunjungan kerja pertamanya ke asrama mahasiswa Papua di Kopma blok C Darussalam, Senin (6/6/2022).

Juru bicara dari BEM USK, Muhammad Rufiandhy, mengatakan asrama Papua menjadi pilihan penting Presiden Mahasiswa dalam kunjungan kerja pertamanya, karena mahasiswa Papua adalah prioritas kerja BEM tahun ini. 

Zawata Afnan yang didampingi stafnya disambut antusias oleh perwakilan dari Himpunan Mahasiswa Papua (HIMAPA). 

Dalam kunjungan tersebut Zawata tak sendiri. Dia didampingi Menteri Aksi dan Popaganda, Menteri Hual, Menpora dan beberapa staf terkait lainnya.

Jika merujuk pada agenda BEM USK, rencananya Zawata akan mengecek sejumlah infrastuktur seperti akses air dan listrik yang ada di asrama mahasiswa Papua.

Marinus selaku perwakilan mahasiswa Papua mengaku, gedung asrama mereka telah mengalami pemutusan listrik dan air selama 5 bulan sejak awal Januari 2022. 

Pemutusan listrik disebabkan karena menunggaknya iuran asrama oleh para mahasiswa asal Papua tersebut. 

Seperti yang diketahui, Asrama USK merupakan salah satu tempat yang ditinggali oleh para mahasiswa penerima bantuan beasiswa pemerintah, yaitu KIP-K. 

Tentu saja, mahasiswa tidak tinggal secara cuma-cuma, melainkan harus membayar iuran asrama sebesar Rp.100.000/bulan atau Rp.600.000/semester. 

Marinus bersama teman-teman HIMAPA diketahui belum membayar iuran asrama tersebut terhitung dari awal tahun 2020 hingga saat ini. Para mahasiswa tersebut mengaku tidak mengetahui tentang skema pembayaran iuran asrama. 

Marinus menyampaikan, sebelum adanya pemindahan rekening dari bank konvensional ke bank syariah, mereka diberitahukan dana KIP-K yang masuk akan langsung dipotong dengan biaya asrama. 

Namun, kata dia, setelah terbitnya surat keputusan dari rektor pada tahun 2021 yang meminta agar seluruh rekening bank konvensional dialihkan menjadi rekening bank syariah. 

“Saat dana KIP-K dicairkan, disinilah terjadinya miskomunikasi, dimana para mahasiswa tersebut tidak mengetahui bahwasanya dana KIP-K yang cair belum termasuk dengan pemotongan biaya asrama,” jelasnya. 

Lalu, pihak BEM menyimpulkan, mahasiswa Papua sebelum diberangkatkan diberitahu mereka akan kuliah di USK dan biaya asrama akan dipotong saat pencairan dana KIP-K. Yang berarti tidak ada pembayaran langsung. 

“Tidak ada pemberitahuan tentang pembayaran asrama secara langsung, kami pikir dana KIP-K yang masuk setelah dialihkan ke bank syariah telah dipotong dengan biaya asrama,” ucap Marinus.

Marinus menyebutkan bahwa tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu dari pihak asrama tentang pemutusan listrik tersebut.

“Mereka pihak asrama matikan lampu (listrik), baru kemudian disampaikan, kami bayar dulu tunggakan, nanti mereka nyalakan lagi,” tuturnya. 

Menurut pernyataan Marinus, saat ini di gedung asrama tersebut hanya tersisa 7 orang mahasiswa. Para mahasiswa ini sama sekali belum membayar tunggakan iuran asrama sejak tahun 2020 hingga saat ini.  

Marinus sendiri menyebutkan bahwa mahasiswa dengan tunggakan iuran asrama paling banyak saat ini.

“Saya paling tinggi jumlahnya, sebelas juta empat ratus, mereka kan berdua-dua perkamar, sedangkan saya sendiri,” ungkap Marinus.

Sebelumnya, para mahasiswa tersebut juga telah berupaya melakukan perundingan beberapa kali bersama pihak asrama, namun belum ada tanggapan. 

Hingga pada Jumat, 27 Mei 2022 lalu, mereka berupaya berdiskusi kembali dengan pihak asrama untuk menanyakan kelanjutan kasus pemutusan listrik tersebut. 

Dalam pembicaraannya, Marinus mengungkapkan dari pihak asrama mereka diminta untuk membuat daftar nama-nama mahasiswa yang masih tinggal di asrama tersebut dan mengumpulkan uang seberapa yang ada, kemudian diserahkan pada pihak asrama. 

Namun saat ini kendalanya, Marinus dan teman-teman HIMAPA masih belum memiliki dana yang cukup untuk membayar tunggakan biaya asrama tersebut. 

Untuk itu, Marinus berharap agar pihak asrama dapat berupaya untuk menghidupkan listrik di gedung mereka lebih dulu, agar mereka dapat melakukan aktifitas selayaknya. 

Soal tunggakan pembayaran, Marinus menyampaikan teman-temannya akan mencoba membayar segera setelah mendapatkan uang.

Sebelum mengakhiri pertemuan tersebut, Zawata menyampaikan akan berupaya untuk menemui Wakil Rektor 3 dan Kepala Biro Kemahasiswaan USK untuk melakukan rapat segera mengenai permasalahan ini. [NOR]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda