Beranda / Berita / Aceh / Kota Lhoksukon Berubah: Dari Pusat Niaga Menjadi Kandang Burung

Kota Lhoksukon Berubah: Dari Pusat Niaga Menjadi Kandang Burung

Sabtu, 14 September 2024 17:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : ARN
Kolase foto keadaan Kota Lhoksukon yang kini dipenuhi dengan sarang walet. [Foto: dokumen untuk dialeksis.com]

DIALEKSIS.COM | Lhoksukon - Suara nyaring dari rekaman burung walet yang diputar sepanjang hari telah mengubah wajah Lhoksukon, ibu kota Kabupaten Aceh Utara. Kota yang dulunya dikenal sebagai pusat perdagangan kini lebih mirip "kandang burung raksasa", demikian keluhan Muksal (43), warga setempat.

"Semalam saya tidak bisa tidur, terganggu oleh suara kaset burung walet yang tepat berada di belakang kamar tidur saya," ujar Muksal kepada Dialeksis.com, Sabtu (14/9/2023).

Muksal menceritakan pengalamannya mengadu ke berbagai instansi. Polsek menyarankannya melapor ke Geuchik (kepala desa), sementara Geuchik mengatakan sedang menyiapkan surat ke camat untuk penertiban.

Perubahan fungsi bangunan di Lhoksukon menjadi sorotan. Ruko-ruko yang semula diperuntukkan bagi aktivitas perdagangan kini beralih fungsi menjadi sarang walet. 

"Saat Anda ke pasar Lhoksukon, Anda akan disuguhkan dengan suara berisik kaset burung walet yang terpasang di setiap ruko," keluh Muksal.

Kekhawatiran Muksal tidak hanya terbatas pada polusi suara. Ia juga menyoroti potensi masalah kesehatan akibat kehadiran unggas di lingkungan pemukiman. 

"Belum lagi ancaman penyakit yang dibawa oleh unggas yang terbang bebas di perkarangan perumahan warga," tambahnya.

Legalitas bangunan-bangunan tinggi yang kini berfungsi sebagai sarang walet juga dipertanyakan. Muksal menduga banyak di antaranya tidak memiliki izin resmi untuk penangkaran burung. 

"Bukan tidak mungkin kota ini akan berubah menjadi kota hantu," katanya.

Muksal dan warga lainnya berharap pemerintah daerah segera mengambil tindakan tegas. 

"Kami sangat mengharapkan keseriusan pemerintah daerah untuk menertibkan penangkaran burung walet sebelum timbul konflik di masyarakat," tegasnya.

Fenomena ini bukan hal baru di Indonesia. Beberapa daerah lain juga menghadapi masalah serupa, di mana bisnis sarang burung walet yang menggiurkan berbenturan dengan kenyamanan warga dan tata ruang kota. [arn]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda