KLHK Khawatir Banyaknya Konflik dan Perburuan Satwa Liar di Aceh
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
[Foto: Dialeksis.com/ftr]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pelaksana tugas (Plt) Direktur Pencegahan dan Pengamanan Hutan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sustyo Iriyono, mengkhawatirkan banyaknya konflik satwa-manusia dan perburuan liar di Aceh. Menurut dia, peristiwa itu akan mengancam potensi keanekaragaman hayati.
“Hal ini berdampak pada meningkatnya perburuan dan konflik satwa dan manusia yang dapat mengakibatkan adanya korban jiwa manusia, kematian satwa dilindungi maupun kerugian materil,” ujar Sustyo Iriyono, kepada Insan Media, Banda Aceh, Kamis (25/8/2022).
Sustyo Iriyono sangat mengkhawatirkan banyaknya konflik satwa dan manusia dan perburuan satwa liar akan mengancam potensi keanekaragaman hayati di Aceh, khususnya 4 satwa yaitu Harimau, Gajah, Badak dan Orangutan yang hidup di landscape provinsi Aceh.
"Potensi tersebut merupakan kebanggaan dan keunggulan komparatif sekaligus anugerah Tuhan yang harus dijaga dan dilestarikan Khususnya empat satwa kunci. Yaitu harimau, gajah, badak, dan orangutan,” kata Sustyo.
Sustyo mengatakan, potensi tersebut seharusnya menjadi kebanggaan dan keunggulan yang harus dijaga dan dilestarikan. Sayangnya, perburuan satwa marak terjadi dan dirusak oleh penjahat lingkungan.
Sementara, Kepala Balai Gakkum KLHK Wilayah Sumatera, Subhan, mengatakan pihaknya terus berupaya memberantas kejahatan lingkungan. Namun, kata dia, pemberantasan kejahatan itu harus dilakukan bersama-sama.
Namun demikian, penegakan hukum bukanlah satu-satunya solusi, perlu ada upaya dan komitmen bersama dari para pihak baik pengelola maupun pemangku kawasan, penegak hukum, para mitra, pelaku usaha dan masyarakat dalam penegakan hukum dan penanganan konflik satwa dan manusia.
"Dalam membangun sinergitas penegakan hukum kejahatan terhadap tumbuhan dan satwa liar dan penanganan konflik satwa liar dan manusia menyelenggarakan rakor penegakan hukum dan penanganan konflik satwa di provinsi Aceh di Banda Aceh," tutupnya [NH]