Beranda / Berita / Aceh / Kisah Zahratul Ula dan RSAN, Mahasiswa Berprestasi di Tengah Himpitan Ekonomi

Kisah Zahratul Ula dan RSAN, Mahasiswa Berprestasi di Tengah Himpitan Ekonomi

Sabtu, 27 Januari 2024 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +

Kepala UPTD RSAN Michael Octaviano bersama Zahratul Ula, mahasiswi yang sempat mendapat pengasuhan di RSAN, kini dapat mengenyam pendidikan di Universitas Serambi Mekkah. [Foto: Humas Dinsos Aceh]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Zahratul Ula masih belum menyangka bisa melanjutkan pendidikan ke bangku universitas dan meraih prestasi membanggakan. Baginya, usai menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA), ia harus pulang kampung karena terkendala biaya. Selama di kampung, Ula memilih bekerja sebagai penjahit sarung bantal.

Akrab disapa Ula, merupakan anak yang dahulu sempat mendapatkan pengasuhan di Unit Pelaksana Teknis Daerah Rumoeh Seujahtera Aneuk Nanggroe (UPTD-RSAN) Dinas Sosial Aceh sampai tamat SMA.

Impian untuk melanjutkan pendidikan tentunya menjadi harapan tersendiri bagi Ula. Bermula dari kerja sama antara Yayasan Blood For Life Foundation (BFLF) Kota Sabang dengan Universitas Serambi Mekkah (USM) yang membuka peluang beasiswa bagi pelajar, Ula menjadi salah satu yang terpilih.

“Padahal saat itu hanya dikhususkan untuk anak Sabang, tapi kita berusaha agar Ula mendapatkan fasilitas ini. Agar dia bisa kuliah seperti yang dirasakan oleh anak-anak lain,” kata Kepala UPTD RSAN Michael Octaviano, Sabtu (27/1/2024).

Ula terlahir dari keluarga sederhana asal Sigli Kabupaten Pidie, sang Ayah telah meninggal dunia dan ibu pula yang sehari-hari menjadi tulang punggung keluarga.

Di tengah himpitan ekonomi, RSAN terus mendongkrak agar Ula berhasil menjalani aktivitas sebagai mahasiswa. Michael memberikan fasilitas tempat tinggal untuk menghemat biaya kontrak rumah selama menjadi mahasiswa dengan tinggal kembali di Panti Asuhan.

“Dengan kesungguhan dan perjuangannya, Ula mendapat nilai terbaik. Ini sangat membahagiakan,” kata dia.

Kesempatan itu, tidak pernah di sia-siakan oleh Ula, dia begitu giat belajar agar tidak mengecewakan orang-orang yang selama ini ikut membantunya. Terbukti, di penghujung semester, mahasiswa ini bisa meraih Indeks Prestasi Kumulatif 3,96.

“Dan ini menjadi suatu kebanggaan. Semoga dapat menginspirasi instansi lainnya, karena seharusnya beasiswa bisa langsung jemput bola ke panti untuk berkolaborasi, datangi mana anak panti yang mau kuliah,” kata Michael.

Ula mengaku, sebagai tanda baktinya, Ula memilih untuk menjadi pengajar di TPQ Aneuk Nanggroe, sebuah tempat belajar Al-Quran bagi anak panti dan seluruh anak di kawasan Gue Gajah, Aceh Besar. Bakti ini, ia lakukan untuk membalas kebaikan yang selama ini ia terima.

Sebagai seorang mahasiswi, Ula mempunyai jadwal kuliah yang padat, namun dia juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk berbagi ilmu dan berkontribusi untuk anak-anak dari berbagai permasalahan sosial se Aceh.

“Ula merasa sangat senang karena bisa mendapatkan beasiswa, walaupun dalam perjalanan Ula memiliki kendala-kendala seperti terbatasnya jam operasional kendaraan umum Trans Koetaradja yang Ula tumpangi untuk ke kampus dan beberapa hal lainnya yang membuat Ula hampir ingin berhenti untuk kuliah,” kata Ula.

Namun, menurutnya setiap perjalanan yang sedang diusahakan harus dibarengi dengan rasa syukur.

“Intinya kita harus bersyukur dengan apa yang kita punya, apa yang kita dapat walaupun tidak dengan cara yang instan, mungkin Ula tidak dapat KIP seperti orang lain tapi diperjalanan waktu, Allah ganti dengan Ula bisa tinggal di panti, biaya makan di tanggung,” kata dia.

Ula berharap, yang sedang dilakukannya ini dapat memberi motivasi kepada setiap anak-anak di RSAN agar memiliki rasa tanggung jawab, seperti yang ditanamkan pada dirinya.

“Karena ini adalah uang pemerintah, mau tidak mau saya harus bisa membalas dengan belajar yang rajin dan berusaha lebih baik lagi, karena ini dari orang jadi saya harus bisa mempertanggungjawabkan di akhirat kelak,” kata Ula yang saat ini masih kuliah di semester empat. [*]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI