Ketua DPRK Abes, Iskandar Ali Resmi Mendaftar Bakal Calon Ketua Kadin Aceh
Font: Ukuran: - +
Iskandar Ali mengembalikan berkas pendaftaran dan syarat administrasi kepada panitia SC Kadin Aceh, Selasa (24/5/2022). [Foto: Ist.]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Iskandar Ali resmi mendaftarkan diri sebagai bakal calon Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh periode 2022-2027.
Didampingi sejumlah pendukungnya, Iskandar Ali, datang ke Kantor Kadin Aceh untuk mengembalikan berkas pendaftaran dan syarat administrasi lainnya kepada panitia SC, Selasa (24/5/2022).
Iskandar Ali merupakan peserta terakhir yang mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum Kadin Aceh yang akan bertarung pada Musprov ke VII Kadin Aceh.
Hingga penutupan pendaftaran pada Selasa siang, ada lima bakal calon yang mengembalikan berkas pendaftaran.
Kelima bakal calon itu masing-masing M Iqbal, Ismail Rasyid, Rizky Syahputra, Ibnu Musa dan Iskandar Ali.
Usai mengembalikan berkas, Iskandar Ali yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua DPRK Aceh Besar (Abes) menggelar konfrensi pers dengan sejumlah awak media.
"Kami datang ke sini mengembalikan berkas sebagai syarat untuk menjadi bakal calon ketua umum kadin," kata Iskandar Ali.
Terkait mahar yang ditetapkan panitia sebesar Rp500 juta, katanya, bakal disiapkan jika sudah selesai dilakukan verifikasi atau ditetapkan sebagai calon ketua.
Kepada sejumlah wartawan, Iskandar Ali mengaku maju karena dukungan dan dorongan sejumlah pengurus Kadin daerah.
Ia pun optimis dan mengklaim telah mengantongi sejumlah suara untuk memenangkan kontestasi pemilihan pada Musprov ke VII Kadin Aceh yang bakal dilaksanakan dalam waktu dekat.
"Maju sebagai calon, saya sudah mempersiapkan sejumlah visi dan misi untuk memajukan Kadin Aceh dan dunia usaha di Provinsi Aceh," tuturnya.
Dia mengatakan, Aceh adalah daerah bersejarah. Di masa lalu, Aceh adalah wilayah sentra perdagangan yang menjadi tempat bertemunya para saudagar dari berbagai penjuru.
"Jika terpilih nanti, saya ingin menjadikan kadin sebagai bapak asuh ribuan UMKM di Aceh dengan Bank Aceh sebagai potensi jaminan keuangan," katanya.
"Dengan satu frekuensi, bersinergi, dan tidak usah terlalu besar berharap investor besar, yang realistis saja seperti UMKM di depan mata," pungkasnya. [*]