Kepala Bulog Aceh Jelaskan Soal Pergeseran Stok Beras dari Jawa Barat
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Sebanyak 40 kontainer berisi 800 ton beras dikirim melalui tol laut dari Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat. Beras tersebut dikirim menuju pelabuhan tujuan di Provinsi Aceh.
Pengiriman beras ini merupakan pelayaran kedua Tol Laut T-1 di Pelabuhan Patimban yang dilayani oleh kapal Kendhaga Nusantara 14 dengan operator PT Citrabaru Adinusantara.
Beras sebanyak 800 ton tersebut tujuan pengirimannya ke Meulaboh sebanyak 400 ton, Sigli 300 ton dan Blangpidie 100 ton.
Pengiriman beras tersebut membuat publik di Aceh bertanya-tanya apa yang terjadi sehingga Aceh harus dikirim stok beras dari luar, padahal sebagaimana diketahui, Aceh merupakan daerah sentra produksi beras dengan lahan pertanian yang cukup luas.
Menanggapi hal itu, Kepala Bulog Aceh Irsan Nasution menjelaskan pihaknya perlu menjaga jumlah stok yang tersedia, makanya dilakukan penggeseran stok dari gudang Bulog di Provinsi Jawa Barat ke Aceh.
“Ketika panen kita tetap membuka pintu gudang untuk pembelian bagi siapapun yang akan menjual,” kata Irsan saat diwawancarai Dialeksis.com, Senin (21/11/2022).
Namun, kata dia, Bulog memiliki ketetapan harga pembelian pemerintah yaitu Rp8300/Kg dan pernah dinaikan harga menjadi Rp8650/Kg.
“Pernah kami buat peraturan pada Oktober-November pernah diberlakukan fleksibilitas harga, artinya pemerintah mengizinkan Bulog untuk menerapkan harga lebih tinggi, tapi kemudian kami dicabut dan tidak jalan juga,” jelasnya.
Untuk itu, lanjutnya, jika stok di Aceh menipis, maka akan dilakukan pergeseran stok dari Bulog lain di provinsi lain.
Irsan menjelaskan, harga beli beras sepanjang tahun diatas HPP (Harga Pembelian Pemerintah) di lapangan, karena terjadi perebutan perberasan baik itu dari Medan dan lokal sehingga harga itu terbentuk di atas.
Di satu sisi, kata Irsan, petani diuntungkan, ibaratnya beras yang dikirimkan ke Medan dengan harga yang lebih tinggi petani diuntungkan, dan itu bagus.
“Mainset petani untuk menguntungkan lebih besar maka di jual ke daerah lain dari pada ke Bulog,” ucapnya.
Kata dia, kalau banyak yang merebut hasil tani itu tentunya berebut harga paling atas, sedangkan Bulog itu tidak boleh berebut harga diatas karena yang pihaknya menjaga konsumen dan produsen dan sudah ada ketetapan harga pemerintah Rp8300/Kg.
“Diatas harga itu boleh saja tapi bukan untuk disimpan di gudang Bulog, langsung untuk kami jual lagi,” terangnya.
Jadi intinya, kata Irsan, bukan pihaknya tidak ingin tidak membeli, gudang Bulog selalu terbuka setiap bagi siapapun yang mau menjual.
“Tapi karena memang sudah tidak masuk lagi harga, saya lakukan pengadaan stok untuk ke Aceh, pemerintah Aceh juga dengan kondisi beras saat ini untung, kalau tidak tentunya harga akan naik terus,” jelasnya lagi.
Menurutnya, langkah Bulog sudah tepat karena menstabilkan kebutuhan distribusi beras yang dibutuhkan oleh masyarakat Aceh, satu sisi juga untuk menjaga keseimbangan pangsa pasar. (Nor)