kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Kenduri Laut Menjadi Daya Tarik Turis

Kenduri Laut Menjadi Daya Tarik Turis

Kamis, 03 Mei 2018 15:03 WIB

Font: Ukuran: - +


Foto: Ist

Dialeksis.com, Sabang - Kenduri Laot (laut) Festival 2018 yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota (Pemko) Sabang menjadi daya tarik wisatawan mancanegara. Puluhan turis dari beberapa negara menikmati sajian kenduri laot yang berlangsung di Pelabuhan CT 3 Gampong Kuta Timur, Kecamatan Suka karya, Sabang, Sabtu (28/4/2018).

Turis yang hadir dari negara Canada, Amerika Serikat, New Zailand, Australia dan Jerman terlihat terpukau melihat sejumlah atraksi dan tari seni tradisional yang disuguhkan pada pembukaan Kenduri Laot Festival. Para turis ini pun tak lupa mengabadikan momen langka yang disaksikan tersebut.

Saat penampilan tari Tarik Pukat di depan panggung, sejumlah turis, warga dan wisatawan lokal langsung berkerumun mendekat ke depan panggung. Tari Tarik Pukat menceritakan tentang laki-laki melaut untuk mencari ikan. Sedangkan istrinya di rumah mendoakan agar suaminya, saudaranya selamat saat sedang mencari ikan di laut.

Saat pembawa acara menyampaikan akan ada tepung tawari kapal pukat mencari ikan oleh sejumlah tokoh adat. Pengunjung dan turis dari beberapa negara lebih 30 orang yang berada di tribun depan panggung langsung menuju ke lokasi kapal melihat proses adat tepung tawari (Peusijuk).

Setelah itu dua kapal pukat, dibantu beberapa boat kecil langsung memperlihatkan atraksi melemparkan jaring pukat ke laut. Seorang syeh terus menyampakkan syair-syair penyemangat yang berada dalam kapal tersebut.

Rangkaian acara ini merupakan bagian dari Kenduri Laot Festival 2018. Selain atraksi tarik pukat dan tari tradisional yang bernuansa laut. Ada juga rangkaian kegiatan lainnya yaitu pameran berbagai produk dan karya seni di Pelabuhan CT 3, Sabang. Even yang baru pertama kali diselenggarakan ini akan berlangsung hingga 30 April 2018.

Wali Kota Banda Aceh, Nazaruddin dalam sambutannya mengatakan,  perkembangan zaman yang semakin modern dan canggih hingga membuat pudar adat dan budaya lokal. Ini tentunya harus dibangkitkan kembali dan perlu melestarikan adat istiadat yang ada di Aceh, khususnya adar Kenduri Laot yang sudah turun termurun dilaksanakan.

"Akibat globalisasi telah berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya, terutama adat Kenduri Laot," kata Nazaruddin, Sabtu (28/4/2018) di Sabang.

Oleh karena itu, kata Nazaruddin, Pemko Banda Aceh mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudaayaan untuk menyelenggarakan Kenduri Laot Festival 2018.  Kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan keberadaan adat dan kebiasaan kenduri laot yang selalu diselenggarakan oleh nelayan di Aceh.

"Ini kita buat serentak menjadi pertama kali dan akan terus kita laksanakan setiap tahunya," jelasnya.

Sementara itu Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Keistimewaan dan Hubungan Antar Lembaga, Abdul Karim mengatakan, pada masa Orde Baru tradisi Kenduri Laot dan lembaga Panglima Laot tidak mendapatkan tempat.

Akan tetapi, sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh, eksistensi lembaga Panglima Laot kembali mendapatkan tempat dan sudah diakui oleh negara. Sehingga sudah barang tentu harus terus dikembangkan dan didukung agar lembaga ini bisa menjadi lebih baik masa yang akan datang.

Abdul Karim mengungkapkan, keberadaan Panglima Laot menjadi penting dalam tatanan kehidupan sosial nelayan di Aceh. Lembaga Panglima Laot bisa menjadi mediator bila ada selisih atau sengketa antar nelayan.

"Panglima Laot itu menjadi mediator bila ada sengketa, menjadi penghubung antara nelayan dengan pemerintah dan juga bisa menjadi lembaga yang menjaga ekosistem laut, dan yang terpenting Panglima Laot itu menjadi pemersatu," tegas Abdul Karim. (rel)

Keyword:


Editor :
Sammy

riset-JSI
Komentar Anda