Beranda / Berita / Aceh / Kejadian Memalukan di Perhelatan PON, Mati Lampu di Pusat Kota Banda Aceh

Kejadian Memalukan di Perhelatan PON, Mati Lampu di Pusat Kota Banda Aceh

Rabu, 18 September 2024 11:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Marie, atlet Soft Tenis asal Provinsi Kalimantan Utara, dan Asnan, pelatih dari Kalimantan Timur sedang makan malam di Polem Kopi, Peunayong, Banda Aceh. [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Suasana Kota Banda Aceh yang biasanya ramai berubah mendadak gelap gulita. 

Kejadian yang terjadi sekitar pukul 22.00 WIB ini sangat mengejutkan, apalagi saat ini Aceh dan Sumatera Utara sedang menjadi sorotan sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI yang berlangsung dari tanggal 9 hingga 20 September 2024. 

Salah satu titik yang terdampak pemadaman listrik mendadak ini adalah Polem Kopi, sebuah warung kopi legendaris yang terletak di Kawasan Peunayong, jantung Kota Banda Aceh. 

Di lokasi ini, beberapa tamu spesial sedang menikmati makan malam dan mencicipi kopi Aceh yang terkenal, termasuk Marie, atlet Soft Tenis asal Provinsi Kalimantan Utara, dan Asnan, pelatih dari Kalimantan Timur. 

Mereka didampingi oleh reporter dialeksis.com yang juga bertugas sebagai Liaison Officer (LO) untuk cabang olahraga Soft Tenis.

Saat tengah asyik menikmati kuliner khas Aceh, tiba-tiba suasana berubah total. Lampu di kawasan tersebut mati tanpa peringatan, meninggalkan pengunjung dalam kegelapan. 

Marie, yang sedang menikmati makan malam, tak dapat menyembunyikan rasa kesalnya. “Hhh... aku pegang saja ya, makan terus biar ada lampu dikit,” ucapnya sambil memegang ponsel untuk memberikan sedikit cahaya. 

Ia merasa sangat terganggu dengan situasi ini, terlebih lagi sedang berada di tengah acara besar seperti PON XXI.

Kejadian ini tidak hanya membuat para tamu merasa tidak nyaman, tetapi juga mencoreng citra Banda Aceh sebagai tuan rumah PON. 

Kawasan Peunayong, yang merupakan salah satu pusat aktivitas di Banda Aceh, seharusnya menjadi contoh kesiapan infrastruktur, terutama dalam hal kelistrikan. 

Namun, mati lampu di pusat kota, di tengah berlangsungnya ajang olahraga terbesar nasional, menjadi catatan buruk yang sangat disayangkan.

Salah seorang tamu yang juga merupakan LO untuk tim Soft Tenis dari Kalimantan Utara menyatakan rasa malunya terhadap situasi ini.

“Sungguh memalukan, apalagi di saat kita sedang menyambut tamu dari berbagai provinsi dalam rangka PON XXI. Ini seharusnya tidak terjadi, terutama di pusat kota Banda Aceh. Kami terpaksa makan di bawah cahaya ponsel, benar-benar pengalaman yang tak menyenangkan,” ungkapnya.

Dalam konteks ini, keluhan masyarakat dan tamu dari luar provinsi menjadi wajar. Harapan besar tertuju pada pihak PLN dan pemerintah daerah agar kejadian serupa tidak terulang lagi, terutama di tengah berlangsungnya ajang penting seperti PON. 

Sebagai tuan rumah, Aceh diharapkan dapat memberikan kesan yang baik dan menjaga kelancaran segala hal, termasuk ketersediaan listrik di lokasi-lokasi strategis.

Pemadaman listrik di tengah kota seperti ini tentu akan menjadi bahan pembicaraan dan sorotan banyak pihak, terutama dari kontingen luar daerah yang tengah bertanding dan bersiap menyukseskan PON XXI. 

Marie, sebagai salah satu atlet yang terkena dampak, mengungkapkan bahwa meskipun dirinya sudah terbiasa dengan berbagai situasi di lapangan, mati lampu saat makan malam tentu bukanlah hal yang menyenangkan, apalagi di tengah persiapan kompetisi.

“Ini sangat mengganggu, kami berharap ada perbaikan ke depan, jangan sampai kami pulang dengan kesan buruk tentang Aceh,” pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI
Komentar Anda