DIALEKSIS.COM | Lhokseumawe - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) kerap terjadi di wilayah Kecamatan Muara Dua dan Muara Satu, Kota Lhokseumawe. Pemadam Kebakaran mencatat, sejak Januari hingga Juli 2025, telah terjadi 56 kasus kebakaran.
Komandan Regu Pemadam Kebakaran (Damkar) Lhokseumawe, Ridwan, menyampaikan kepada Dialeksis pada Rabu (30/7/2025), beberapa desa menjadi titik rawan kebakaran di wilayah tersebut antara lain Blang Panyang, Panggoi, Padang Sakti, dan Meria Palo.
“Tahun ini bulan Juli ini saja kejadian kebakaran sampai 22 kali kebakaran lahan di daerah-daerah itu,” kata Ridwan.
Jika dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, angkanya memang menunjukkan peningkatan. Pada Januari tercatat 5 kasus, Februari 8 kasus, Maret 7 kasus, April 6 kasus, Mei 1 kasus, dan Juni 7 kasus.
Penyebab kebakaran hingga kini belum bisa dipastikan. Namun, Ridwan menjelaskan bahwa lahan yang terbakar umumnya berupa semak belukar dan rumput ilalang yang mudah terbakar saat cuaca panas.
“Kita tidak menduga-duga juga. Tapi kemungkinan besar ulah tangan manusia, seperti membuang puntung rokok sembarangan atau membuka lahan dengan cara dibakar. Padahal ini sangat berbahaya, karena api bisa merembet ke permukiman warga,” ujarnya.
Ridwan juga menceritakan bahwa proses pemadaman sering kali dilakukan secara manual karena akses ke lokasi sulit dilalui unit pemadam. Mereka harus menggunakan ranting pohon atau alat seadanya untuk memadamkan api.
“Kalau ditanya kualahan kami kewalahan, tapi ini sudah menjadi tanggung jawab kami. Meski begitu, menjaga hutan dan mencegah kebakaran seharusnya menjadi tanggung jawab bersama,” tambahnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pemadaman tidak hanya dilakukan oleh tim Damkar, tetapi juga dibantu oleh relawan serta personel TNI dan Polri.
“Kami berharap masyarakat bisa lebih peduli dan ikut mencegah terjadinya kebakaran. Karena di lokasi yang sama, bisa terjadi kebakaran berkali-kali dalam satu bulan. Tahun 2024 saja, total kasus kebakaran lahan di Lhokseumawe mencapai 138 kasus,” tutup Ridwan.