Kautsar Muhammad Yus Punya Sejuta Kenangan Bersama Almarhum Prof Hamid Sarong
Font: Ukuran: - +
Reporter : Nora
Kautsar Muhammad Yus. [Foto: Jalanaryofficial]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Prof Dr A Hamid Sarong SH MH, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh meninggal dunia, Rabu (24/11/2021). Almarhum meninggal dunia dalam perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh.
Alumni UIN Raniry sekaligus Politisi Partai Demokrat Aceh, Kautsar Muhammad Yus mengatakan, almarhum adalah sosok yang baik, taat, tawadhuk dan berilmu. Ia meyakini beliau husnul khatimah.
"Beliau adalah guru saya di fakuktas Syariah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh. Pernah mengasuh beberapa mata kuliah. Beliau sangat disegani di kampus sehingga pernah diberi amanah sebagai Dekan Fakultas Syariah," tulisnya dalam unggahan Facebook yang dikutip Dialeksis.com, Kamis (25/11/2021).
Ia mengaku, hubungannya dengan Ayah Hamid melampaui mahasiswa dan dosen. Kautsar mengenal beliau sejak di bangku ibtidaiyah. Kebetulan dulu beliau pernah tinggal sekomplek dengan Kautsar di BTN Ajun Aceh Besar.
"Rumahnya masuk kedalam di lorong Melati. Bila hendak kesana meski melewati rumah orang tua saya dulu di lorong Cempaka," ucapnya.
Ia menambahkan, Almarhum juga aktif di Muhammadiyah dan bagian dari keluarga besar Pelajar Islam Indonesia. Organisasi yang sama dengan orang tuanya.
Setiap ada acara, para panitia dari organisasi-organisasi tersebut menitipkan semua undangan rapat di rumah Kautsar. Kebetulan ada beberapa yang lain lagi yang seorganisasi selain Ayah Hamid tinggal di komplek Kautsar.
"Sayalah yang menjadi pengantar undangan-undangan itu. Saya menikmati benar pekerjaan sebagai "pak pos" tersebut. Saya dayung sepeda roland mini keliling komplek, menyambangi rumah-rumah yang dituju, membuka pagar, mengetuk pintu, memberi salam dan menikmati sapaan manja dan hormat dari pemilik rumah," terangnya.
Salah satu rumah yang sering ia tuju ialah rumah Almarhum. Mudah sekali menanda apa beliau ada atau sedang diluar rumah yaitu mobil honda civic di teras rumahnya.
Rumah beliau termasuk besar dari kaca mata Kautsar sebagai anak-anak. Rumahnya sering terlihat sepi. Bila beliau tak dirumah ia menyelipkan surat undangan itu dari bawah pintu ruang tamunya. Tugaspun selesai.
"Ketika itu saya tak pernah melihat ada anak kecil dirumahnya. Pikir saya beliau hanya tinggal berdua dengan Ibu Rosmawardani, isterinya. Ketika kelak saya dewasa dan bersilaturahmi ke rumahnya di Darussalam Banda Aceh baru saya tahu kalau anak-anak beliau juga sudah besar," ujarnya.
Satu hal yang tak terlupa. Paska perdamaian Aceh, Almarhum melalui rekannya dan para dosen yang mengenalnya mengirim pesan supaya Kautsar segera menghadapnya di kantor dekanan fakuktas Syariah IAIN Ar-Raniry.
"Saat menghadap, beliau menyampaikan kalau akan segera pensiun, posisinya sebagai dekan juga akan berakhir. Satu hal yang ingin beliau lihat, saya segera sarjana sebelum ia pensiun," ungkapnya.
Posisi Kautsar dimata Almarhum hampir sama seperti anaknya, "Saya berhak marah-marah sama kamu, terserah kalau kamu diluar orang takut sama kamu tapi disini kamu bisa saya jewer". Suaranya pelan tapi kedengarannya ngeri.
"Saya sampaikan, Siap Pak akan saya selesaikan dalam satu semester ini. Janji saya bisa saya penuhi dan saya menyandang Sarjana Hukum Islam," tulisnya.
Terakhir Kautsar menjumpai Almarhum dan menyampaikan kalau ia sudah berstatus sebagai master hukum.
"Saya lihat beliau senang dan bangga. Selamat jalan Ayah Hamid, Ayah Hamid memang hebat," tutupnya.