Kasus DBD Melonjak di Aceh, Dr. Masry Ungkap Strategi Perang Melawan Nyamuk
Font: Ukuran: - +
Reporter : Ratnalia
Wakil Ketua IDI Aceh, Dr. Masry, SpAn. Foto: for Dialeksis.com
DIALEKSIS.COM | Aceh - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia masih menunjukkan tren peningkatan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat 62.001 kasus DBD hingga pekan ke-15 tahun 2024. Kasus ini dilaporkan dari 454 kabupaten/kota di 34 provinsi.
Jumlah kasus DBD pada pekan ke-15 meningkat dibandingkan data sebelumnya. Pada pekan ke-14, tercatat 60.298 kasus DBD di Tanah Air. Data terbaru Kemenkes menunjukkan 475 kasus kematian akibat DBD, terjadi di 151 kabupaten/kota yang tersebar di 28 provinsi Indonesia.
Di Kota Sabang, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana melaporkan 3 kasus DBD sejak 1 Januari 2024, dengan 1 kasus kematian. Pada tahun 2023, tercatat 31 kasus DBD di Sabang, 2 meninggal dunia dan 29 dinyatakan sembuh.
Kota Langsa juga mengalami peningkatan kasus DBD. Data dari Pelayanan Medis (Yanmed) RSUD Langsa menunjukkan 43 pasien positif DBD dirawat hingga Maret 2024.
Di Aceh Tengah, khususnya Kecamatan Bebesen, temuan kasus DBD tertinggi ada di Kampung Blang Kolak II dengan 10 kasus hingga pertengahan tahun 2024, sementara pada tahun 2023 tercatat 11 kasus.
Meningkatnya kasus DBD di Aceh menjadi perhatian serius berbagai pihak, termasuk Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh. Wakil Ketua IDI Aceh, Dr. Masry, SpAn, menyatakan bahwa pola penyebaran DBD saat ini sulit diprediksi dan tidak lagi terbatas pada musim tertentu.
Dr. Masry menekankan pentingnya menjaga sanitasi lingkungan dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kebersihan. Ia juga menyoroti berkurangnya kampanye kesehatan terkait DBD, seperti gerakan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur).
Untuk mengatasi masalah ini, Dr. Masry menyarankan agar pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara masyarakat dan pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan serta mendukung kampanye kesehatan untuk mengurangi kasus DBD.
"Saya rasa itu kunci menyelesaikan masalah DBD di lingkungan masyarakat. Jika tidak, bisa dipastikan akan semakin terganggu mengarah kepada stabilitas kesehatan yang tidak terkendali," pungkasnya.