Kasus Bunuh Diri di Aceh, Psikolog: Sosialisasi Kesehatan Mental Butuh Komitmen Semua Pihak
Font: Ukuran: - +
Reporter : Auliana Rizky
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Kesehatan mental merupakan kondisi di mana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya.
Namun, beberapa kasus dugaan kesehatan mental yang terganggu bahkan di Aceh sendiri juga terjadi. Kasus MF (21) mahasiswi asal Takengon yang duduk di semester 7 di Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala (USK) yang ditemukan meninggal dalam kondisi gantung diri di kamar kosnya di Gampong Tanjung Selamat, Kecamatan Darussalam, Kamis (31/8/2023). Hal ini juga terjadi beberapa waktu lalu, warga Gampong Ie Masen, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh digegerkan dengan penemuan mayat seorang mahasiswi di dalam kamar kosnya di gampong tersebut Kamis (21/9/2023) siang. Kedua kasus yang terjadi di Aceh itu diduga bunuh diri karena kesehatan mental yang tidak stabil.
Dalam hal ini, Psikolog Klinis-Forensik dari Psikodista Konsultan, Siti Rahmah mengatakan, berbicara kesehatan mental untuk saat ini, Alhamdulillah masyarakat Aceh sudah semakin banyak pengetahuannya, namun memang masih perlu terus ditingkatkan lagi. Terutama terkait dengan bagaimana pemeliharaan diri agar mampu menjadi lebih sehat secara mental maupun fisik.
Terlebih lagi, kita baru saja peringati Hari Kesehatan Mental Sedunia atau Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang menjadi ajang peringatan tahunan pada setiap 10 Oktober. Peringatan ini diciptakan dan diasosiasikan langsung oleh lembaga kesehatan dunia bernama World Federation of Mental Health (WFMH).
Siti Rahmah juga menyampaikan, jika kita lihat memang sudah mulai muncul terkait bunuh diri di tengah masyarakat kita. Di Aceh beberapa kasus yang muncul pada mahasiswa. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya mereka mengetahui kondisi psikologisnya yang tidak sehat, namun demikian, amat disayangkan akhirnya memilih bunuh diri.
"Sebenarnya sosialisasi psikolog dan kesehatan mental ke kampus bisa saja dilakukan ketika memang adanya komitmen dari berbagai pihak dan sektor termasuk pemerintahan," ucap Siti Rahmah kepada Dialeksis.com, Jumat (13/10/2023).
Ia berharap ke depan, kita dapat mengelola diri jauh lebih baik, baik secara fisik maupun mental karena bagaimanapun masalah kesehatan mental itu adalah hal yang akan ada.
"Namun dengan bertambah pengetahuan dan kemampuan, maka kita dapat berdaya dan memiliki kemampuan resiliensi yang lebih baik," pungkasnya. [AU]
- Psikolog Siti Rahmah: Anak Kecanduan HP akan Mengalami Hambatan Perkembangan
- Peringati HAN, Ayu Marzuki: Budayakan Literasi, Dukung Kesehatan Mental Remaja dan Anak
- Dewan Perguruan Tinggi: Florida Larang Psikologi AP Terkait Orientasi Seksual dan Gender
- Jadwal Pengumuman Hasil Tes Tertulis dan Psikologi Calon Anggota Bawaslu Diperpanjang, Ini Penyebabnya