Kampus Asing bakal beroperasi di Indonesia, eksistensi Kampus Swasta Terancam
Font: Ukuran: - +
Reporter : haris
Foto/net
DIALEKSIS.com, Banda Aceh - kabar akan segera masuknya perguruan tinggi asing (PTA) ke Indonesia membuat sejumlah perguruan tinggi swasta (PTS) nasional ketar ketir.
Dalam Rapat kerja nasional Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) yang digelar pada 8-10 Februari 2018 di Palembang, isu perguruan tinggi asing mencuat dan menjadi agenda pembahasan utama. Wakil Ketua Aptisi Sumsel DR Abdul Shobur, yang memimpin rakernas dengan peserta 400 rektor PTS se-indonesia ini menyatakan berdiri kampus asing di Indonesia tidak hanya membawa pengaruh pada sektor pendidikan tapi juga berdampak dengan budaya, perekonomian nasional serta pertahanan dan keamanan negara.
"Kalau saya pribadi, sebenarnya untuk meningkatkan mutu pendidikan, tidak harus dengan mendatangkan kampus asing. Cukup dengan menerapkan apa yang dilakukan oleh iniversitas top dunia," katanya sebagaimana dilansir oleh okezone.
Kegelisahan akan kehadiran PT Asing juga dirasakan oleh kalangan akademisi PT swasta di Aceh. TM Zulfikar, salah satu akademisi Perguruan tinggi swasta di Banda Aceh, menyatakan bahwa pemerintah harus terlebih dahulu membenahi universitas swasta dalam negeri sebelum membuka lebar lebar keran perguruan tinggi asing.
" Pemerintah harus melihat juga seluruh potensi potensi universitas swasta yang ada. Karena saat ini banyak universitas swasta saat ini terpuruk. Terlebih swasta harus bersaing dengan negeri dalam hal perekrutan mahasiswa baru. Khususnya dalam hal penerimaan mahasiswa PTS masih kesulitan. Karena imej yang melekat di masyarakat kita, PTS adalah adalah pilihan alternatif kesekian. jelas dengan Kehadiran PT asing ini akan sangat berpengaruh terhadap segala aspek.
TM. Zulfikar, Dosen Universitas Serambi Mekkah
TM Zulfikar mengaku pasrah apabila PTA tetap diizinkan masuk ditengah situasi kondisi PTS dalam negeri "Ya mau tidak mau universitas swasta dalam negeri harus bersiap untuk bersaing. Karena ini sudah era globalisasi. Dikhawatirkan nantinya akan banyak institusi swasta dalam negeri, terutama di Aceh yang bakalan mati ekses tidak bisa bersaing dengan baik. Jangankan bersaing dengan asing, dengan negeri saja PTS Swasta sudah kelimpungan setengah mati. Konon lagi bersaing dengan Perguruan tinggi asing. Jadi pemerintah harus turun tangan " papar zulfikar.
Disisi lain , Wahyuddin Albra , Ketua Forum Dosen Indonesia (FDI) Provinsi Aceh menyatakan kehadiran PT Asing sebenarnya tidak perlu terlalu dikhwatirkan karena pengaruh globalisasi saat ini " sah sah saja sebenarnya. Karena di era globalisasi ini kehadiran PT Asing tidak bisa dihindari lagi" ujarnya.
meski demikian Wahyudi mempertanyakan kesiapan PT Swasta dalam menyambut kehadiran PT Asing " problemnya apa kita sudah siap?Seharusnya memang kehadiran PTA ini dapat membawa dampak positif dengan catatan Perguruan tinggi kita juga sudah siap. Namun kondisi sekarang Jangankan swasta, negeri aja belum siap" ujar Wahyuddin.
Wahyuddin Albra , Ketua Forum Dosen Indonesia (FDI) Provinsi Aceh
Wahyuddin juga menyayangkan langkah pemerintah yang dinilainya tidak terlebih dahulu sigap menyiapkan kesiapan PTS. " Namun bisa jadi pembenahan PTS akan dibenahi seirama dengan kehadiran PT asing, mau tidak mau kehadiran PT Luar negeri akan membuat kita berbenah"
Ditanya apakah kehadiran PT Asing akan membuat PT Swasta mati. Menurutnya hal demikian tidak perlu dikhawatirkan " Gak akan kolaps PT Swasta. PTA akan ambil segmentasi. Bisa jadi mereka hanya ambil kelas semacam magister. Jadi tidak perlu khawatir. Kita tetap optimis. Malah kalau bisa kita join. Terlebih yang disasar PT Swasta itu umumnya kota besar. Yang patut menjadi catatan bagi pemerintah bila ingin membantu PT Swasta. Khususnya yang perlu dibantu adalah penyediaan beasiswa bagi dosen maupun mahasiswa juga penyiapan infrastruktur. Hal demikian merupakan langkah persiapan dalam pembenahan kesiapan PT Swasta dalam menghadapi arus masuknya PT Asing" timpal Wahyuddin.
Sementara Peneliti JSI, Saddam Rassanjani , menyatakan pada dasarnya kehadiran PT Asing merupakan sebuah langkah maju bagi institusi pendidikan di Indonesia, khususnya perguruan tinggi.
Saddam Rassanjani, Peneliti JSI
"Perguruan tinggi di Indonesia tidak perlu khawatir akan potensi hilangnya minat dari mahasiswa untuk mendaftar pada perguruan tinggi dalam negeri, karena bagaimanapun masing masing institusi memiliki keunggulan tersendiri, seperti akreditasi program studi, biaya masuk, hingga SPP. Jadi aspek aspek tersebut biasanya menjadi pertimbangan calon mahasiswa dalam menentukan tujuan studinya " pungkas alumni University of Glasgow, Inggris ini.
Pada 2017, berdasarkan data Kementerian Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi (Ristek Dikti) yang dilansir oleh katadata, jumlah unit perguruan tinggi yang terdaftar mencapai 4.504 unit. Angka ini didominasi oleh perguruan tinggi swasta (PTS) yang mencapai 3.136 unit. Sedangkan perguruan tinggi negeri (PTN) menjadi unit paling sedikit, yakni 122 unit. Sisanya adalah perguruan tinggi agama dan perguruan tinggi di bawah kementerian atau lembaga negara dengan sistem kedinasan.
Namun demikian, jumlah ini masih tak sebanding dengan angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Tanah Air. APK Indonesia berada di kisaran 31,5 persen. Kondisi ini membuat banyak PTS yang mempunyai mahasiswa kurang dari 500 dan membuat kondisi PTS tersebut tak sehat. Disisi lain, tingginya minat calon mahasiswa pada PTN yang notabene menghadirkan kuliah dengan biaya lebih terjangkau masih belum mampu tertampung seluruhnya karena minimnya perguruan tinggi negeri.
Infografis: katadata