DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dinas Perhubungan (Dishub) Aceh mengoptimalkan seluruh moda transportasi darat, laut, dan udara, untuk mempercepat penanganan masa tanggap darurat Bencana Hidrometeorologi Aceh 2025.
Langkah ini diambil menyusul terputusnya sejumlah akses utama, terutama ruas Lintas Timur Aceh yang selama ini menjadi nadi pergerakan logistik dan mobilitas masyarakat.
Kepala Dinas Perhubungan Aceh, Teuku Faisal, ST., MT., menyampaikan bahwa seluruh sumber daya Dishub dikerahkan secara maksimal sejak hari pertama status tanggap darurat ditetapkan.
“Sejak awal bencana, seluruh potensi transportasi Aceh kami gerakkan. Karena akses darat terputus, kami memaksimalkan jalur laut dan udara untuk evakuasi, pengiriman bantuan vital, serta pembukaan akses ke wilayah terisolasi,” ujar Faisal dalam konferensi pers bersama awak media di Posko Darurat Bencana Aceh, Jumat (12/12/2025).
Di sektor darat, Dishub Aceh bersama Bank Aceh telah mengoperasikan 44 unit truk logistik yang mendistribusikan 133,9 ton bantuan ke berbagai kabupaten/kota terdampak.
Namun Faisal menyebutkan, tidak semua daerah dapat ditembus menggunakan jalur darat.
“Lintas Timur masih lumpuh total. Distribusi darat sementara hanya dapat dilakukan dari Pantai Timur Banda Aceh-Bireuen dan Pantai Barat sampai Singkil. Dari arah Medan, setelah Aceh Tamiang dapat dilalui, bantuan kami dorong menuju Aceh Tenggara dan Aceh Selatan,” terangnya.
Moda laut menjadi penyelamat utama dalam penanganan bencana kali ini. Dishub Aceh telah menggerakkan 12 kapal dan melakukan 35 trip pelayaran.
Hasilnya 991 warga dari Aceh Timur, Langsa, dan Aceh Utara berhasil dievakuasi dan 351 ton logistik telah dikirim melalui jalur laut.
Untuk mengatasi krisis LPG di Banda Aceh, Aceh Besar, dan Bireuen akibat terputusnya jalur darat dari Aceh Utara, Dishub memfasilitasi pengangkutan 97 unit skid tank LPG menggunakan KMP Aceh Hebat 2 (kapal milik Pemerintah Aceh) dan KMP Wira Loewisa (kapal charter Pertamina).
“Ini upaya antisipatif untuk memastikan pasokan LPG dan BBM tetap lancar,” kata Faisal.
Selain itu ada KN Antares melakukan 2 trip membawa 85 ton logistik ke Krueng Geukueh, KMP Express Bahari mengevakuasi warga dari Langsa dan Aceh Utara dan Kapal perintis Kemenhub dialihkan untuk melayani rute baru ke Ulee Lheue, Krueng Geukueh, Kuala Langsa, dan Belawan
Untuk kawasan yang terisolasi total -- Gayo Lues, Aceh Tengah, dan Bener Meriah -- Dishub mengoperasikan pesawat Pegasus milik PT PGE.
Hingga kini 8 penerbangan dilakukan ke Bandara Rembele dan Bandara Blangkejeren serta mengangkut relawan, telekomunikasi darurat Starlink BNPB, serta memfasilitasi pemulangan warga
Selain itu, penerbangan perintis subsidi Kemenhub menggunakan pesawat Cessna C-208 juga dioptimalkan untuk wilayah pegunungan.
Pada saat bersamaan, aktivitas Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) melonjak drastis, dari 24 pergerakan pesawat/hari menjadi 54 pergerakan/hari dan kargo naik dari 3“4 ton/hari menjadi 100 ton/hari.
“Pesawat kecil seperti Pegasus ini sangat vital ketika jalur darat tak bisa dilalui,” tutup Faisal. [nh]