Beranda / Berita / Aceh / ISMI Aceh Sampaikan Dampak Tingginya Harga Minyak Sawit ke Petani

ISMI Aceh Sampaikan Dampak Tingginya Harga Minyak Sawit ke Petani

Kamis, 10 Desember 2020 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Akhyar
Ketua ISMI Aceh, Nurchalis. [IST]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga minyak sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang terlampau tinggi bisa jadi bumerang dan berefek negatif untuk komoditas industri tersebut di Indonesia.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga. "Semakin tinggi harga minyak kelapa sawit, semakin menggerus daya saing di pasar global," ujar Sahat dalam webinar, Rabu (9/12/2020).

Sementara itu, Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis berpendapat, konsep kenaikan harga minyak sawit di pasaran sebenarnya berdampak positif bagi petani, namun secara siklus peredaran, minyak nabati kelapa sawit akan tergantikan dengan sumber daya minyak yang lain.

"Petani bisa mendapatkan keuntungan yang lebih, tetapi sumber minyak nabati ini akan terjadi pertimpangan dengan minyak jenis lainnya, misalnya seperti minyak bunga Matahari," jelasnya saat dihubungi Dialeksis.com, Kamis (10/12/2020).

Hal itu bisa terjadi mengingat harga CPO kelapa sawit yang tidak mampu dijangkau oleh para konsumen.

Ia berujar, jika kenaikan harga CPO Sawit terjadi secara terus-menerus, imbasnya peredaran CPO Sawit di pasaran bakal meredup. Kemudian, yang dialami oleh petani Sawit adalah harga pembelian Tandan Buah Segar (TBS) ikut merosot juga.

"Karena sampai hari ini saja, kita ekspor CPO Sawit ke luar negeri hampir 60 persen, yang digunakan dalam negeri sekitar 40 persen," katanya.

Ketua ISMI Aceh kemudian melanjutkan, persoalan harga yang sangat tinggi ini akan memicu pemanfaatan atau penggunaan CPO sawit oleh pihak konsumen di luar negeri menjadi kewalahan jika harga CPO Sawit memang sangat tinggi.

Selain itu, Nurchalis membenarkan pernyataan yang disampaikan oleh Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga.

"Ini benar adanya, karena CPO kelapa sawit dengan harga terlalu tinggi bisa teralihkan ke jenis CPO lainnya, kemudian CPO kelapa sawit akan terabaikan dan berdampak negatif bagi petani sawit," tuturnya.

Ketua ISMI Aceh ini berharap, agar harga TBS sawit bisa terus terlindungi. "Maksudnya bukan naik sebentar, nanti turun lagi, tetapi pada harga yang stabil dan layak secara produksi pendapatan daripada petani sawit itu sendiri," pungkasnya.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda