Beranda / Berita / Aceh / Irwan Djohan: Peningkatan Ekonomi dan Edukasi Kunci Cegah Kekerasan Seksual di Banda Aceh

Irwan Djohan: Peningkatan Ekonomi dan Edukasi Kunci Cegah Kekerasan Seksual di Banda Aceh

Kamis, 14 November 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Teuku Irwan Djohan, calon wali kota nomor urut empat dalam kegiatan Meja Berucap dengan tema Bedah Gagasan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh di Bara Kopi, Pango, Rabu (13/11/2024). [Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Anak muda Banda Aceh yang tergabung dalam Komunitas Berucap.id menggelar acara bertajuk Meja Berucap dengan tema Bedah Gagasan Calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Banda Aceh di Bara Kopi, Pango, Rabu (13/11/2024).

Acara ini bertujuan untuk memberikan ruang bagi masyarakat, khususnya warga kota Banda Aceh, untuk lebih mengenal visi dan misi calon pemimpin mereka, yakni calon wali kota dan wakil wali kota.

Teuku Irwan Djohan, calon wali kota nomor urut empat yang menjadi narasumber memaparkan pandangannya terkait isu kekerasan seksual di masyarakat, yang menurutnya sebagian besar terjadi di lingkungan domestik, di rumah antara orang-orang yang sudah dikenal korban. 

Ia menekankan pentingnya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat, terutama di kalangan masyarakat menengah ke bawah yang sering kali terjebak dalam kondisi rumah yang sempit dan tidak sehat. 

Menurutnya, faktor-faktor ini seringkali menjadi pemicu terjadinya kekerasan seksual dalam rumah tangga.

"Untuk mengurangi kekerasan seksual domestik, kita harus memberikan dukungan ekonomi kepada masyarakat agar mereka dapat memiliki rumah yang layak dan sehat. Selain itu, edukasi tentang kekerasan seksual juga harus digalakkan, baik di lembaga pendidikan formal, informal, dan melalui tokoh agama serta masyarakat," jelas Irwan.

Salah satu poin penting yang ditekankan oleh Irwan adalah pentingnya edukasi dua arah yang tidak hanya mengedukasi masyarakat untuk memahami potensi kekerasan seksual, tetapi juga mengedukasi para korban agar tidak merasa takut untuk melapor. 

Selain itu, ia juga mengusulkan adanya penyediaan safe house atau rumah aman bagi para korban kekerasan agar mereka bisa mendapatkan perlindungan dan dukungan psikologis.

Selain itu, Irwan juga mengomentari soal masalah hukum, terutama terkait dengan kekerasan yang terjadi di Aceh, sebuah daerah yang menerapkan syariat Islam. 

Menurutnya, meski banyak kasus yang sangat disayangkan terjadi di kalangan pemuka agama, masyarakat tidak boleh mengeneralisir semua pemuka agama. 

Ia menekankan pentingnya pemberdayaan pemuka agama dalam edukasi masyarakat dan mengurangi kekerasan seksual di Aceh.

“Pemuka agama harus berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat, bukan hanya soal agama, tetapi juga soal hak-hak dasar dan perlindungan terhadap perempuan dan anak-anak,” ujarnya. 

Mengenai hukuman bagi pelaku kekerasan seksual. Menurutnya, perlu ada reformasi hukum yang memberikan efek jera bagi pelaku, terutama dalam memastikan korban mendapatkan pemulihan yang sesuai.

"Pemulihan Korban sangat perlu dilakukan, pelaku harus dihukum dengan jera," pungkasnya. [nh]

Keyword:


Editor :
Indri

riset-JSI