Beranda / Berita / Aceh / Invasi Rusia-Ukraina, Ubaidullah Sebut Bukan Menghancurkan, Tapi Demiliterisasi Ukraina

Invasi Rusia-Ukraina, Ubaidullah Sebut Bukan Menghancurkan, Tapi Demiliterisasi Ukraina

Senin, 04 April 2022 14:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Wakil Dekan II FISIP USK, Ubaidullah, M.A. [Foto: For Dialeksis]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Konflik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung tentu memakan banyak korban dan kesengsaraan yang terjadi paska invasi tersebut di Ukraina.

 Wakil Dekan II FISIP USK, Ubaidullah, M.A menyebutkan bahwa sebenarnya dirinya tak terlalu mengikuti banyak soal konflik Rusia-Ukraina.

“Sebenarnya saya tidak ikuti banyak soal konflik Rusia - Ukraina. Rusia sudah berusaha banyak untuk mempertahankan hubungan baik dengan Ukraina dan telah melakukan upaya-upaya selain intervensi militer, baik bilateral, dan multilateral dengan negara-negara NATO, tetapi tidak mendapati hasil yang memuaskan sehingga tindakan perang (teriminologi resmi pemerintah Rusia "Operasi khusus di Ukraina") menjadi pilihan terakhir,” jelasnya kepada Dialeksis.com, Senin (4/4/2022).

Kemudian, Dirinya mengatakan, operasi khusus sesuai versi resmi pemerintah Rusia bertujuan bukan untuk menghancurkan pemerintah Ukraina, melainkan untuk demiliterisasi Ukraina, melarang Ukraina memiliki senjata pemusnah massal dan pemeliharaan bahasa Rusia di Ukraina.

“Namun, dampak yang dirasakan oleh kita mungkin ada juga seperti bisa membeli minyak Rusia dengan harga lebih murah daripada harga pasar,” ujarnya yang juga Jebolan S2 (MA) at Political Science Department in Friendship University of Russia (RUDN) in 2005 and 2007.

Sehingga, kata Ubaidullah, bisa impor barang-barang lainnya dari Rusia gandum, pupuk, dan lain lain juga bisa dapat diskon karena sedang sanksi ekonomi Barat.

“Tetapi kita juga bisa tidak disukai kalau berdagang banyak dengan negara agressor, bahkan juga bisa menjadi sasaran sanksi ekonomi,” jelasnya.

Menurutnya, bagi Rusia, sanksi ekonomi Barat tidak berpengaruh banyak, karena Rusia juga punya uang yang tidak sedikit. Sanksi berpengaruh banyak kepada konglomrat-konglomrat yang banyak aset di luar Rusia, terutama di Barat yang menjadi sasaran pembekuan karena perang dengan Ukraina.

“Secara Geopolitik Rusia semakin kuat, ditandai dengan peningkatan pengaruhnya kembali ke negara-negara bekas Uni-Soviet baik di Eropa Timur maupun di Asia Tengah. selain itu, Rusia juga mampu bertahan di Syria dan beberapa negara Arab dan Afrika,” jelasnya.

Ubaidullah menyampaikan, Rusia juga menjadi satu-satunya alternatif energi migas bagi Uni Eropa.

“Oleh sebab itu permasalahannya menjadi simalakama bagi Uni Eropa karena mesti berdagang dengan Rusia disaat perang,” pungkasnya. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda