Ini Penyebab Angka Kemiskinan di Aceh Meningkat
Font: Ukuran: - +
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Provinsi Aceh, Dadan Supriadi S.ST, M.Si. [Foto: Istimewa]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Provinsi Aceh masih memegang predikat sebagai Provinsi termiskin di Indonesia dengan peringkat ke-5 dan di Sumatera peringkat ke-1. Sebelumnya, Data BPS menunjukkan bahwa penduduk miskin di Aceh kini naik menjadi 15,53 persen. Kenaikan ini menempatkan Aceh kembali sebagai daerah termiskin di Sumatera dan nomor lima di Indonesia.
Jumlah penduduk miskin periode Maret-September 2021 secara persentase naik 0,20 poin menjadi 15,53 persen. Secara angka, penduduk miskin bertambah 16.020 orang. Diketahui bahwa jumlah penduduk miskin di Aceh pada september 2021 sebanyak 850.260 orang.
Kemudian, dispasitar kemiskinan perkotaan dan pedesaan semakin berkurang. Penduduk miskin perkotaan berjumlah 10,58 persen dan di desa 18,04 persen.
Koordinator Fungsi Statistik Sosial BPS Provinsi Aceh, Dadan Supriadi S.ST, M.Si saat diwawancara Dialeksis.com, Jumat (4/2/2022) mengatakan, sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Aceh dan dalam penyerapan tenaga kerja, di sisi lain sektor pertanian di Aceh kondisinya pada September 2021 belum sepenuhnya pulih.
"Hal ini tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi pertanian, kehutanan dan perikanan masih terkontraksi. Hal lainnya juga ditunjukkan dengan turunnya luas panen dan produksi padi pada secara signifikan," ucapnya.
Kemudian, Dadan menyebutkan, Indikasi lain dari sisi konsumsi rumah tangga juga masih belum sepenuhnya stabil dimana sisi pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga TW I s/d III 2021 terhadap TW I s/d III 2020 juga masih terkontraksi.
"Selanjutnya, program Bansos pada bulan Juli-September 2021 terlihat masih mengalami kendala sehingga realisasinya belum optimal," tambahnya.
Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasioanl (Sakernas) Agustus 2021 masih terdapat sekitar 207 ribu penduduk usia kerja di Aceh yang terdampak Covid-19 baik itu menjadi pengangguran, sementara tidak bekerja, pengurangan jam kerja dan lainnya, tentu hal ini sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan, katanya.
Adapun rekomendasi dari BPS terkait strategi penurunan kemiskinan di Aceh, Dadan menyebutkan, terdapat dua kerangka besar dalam penanganan kemiskinan yaitu mengurangi beban pengeluaran penduduk dan meningkatkan pendapatan.
"Program Bansos dari pemerintah seperti PKH, BPNT, Sembako, Indonesia Sehat, Indonesia Pintar dan lainnya akan sangat membantu utamanya penduduk pada level bawah untuk mengurangi beban pengeluaran. Perlu juga diperhatikan terkait ketersediaan dan stabilitas harga komoditas barang konsumsi," ujarnya.
Selanjutnya, kata Dadan, pada jangka panjang harus mampu meningkatkan pendapatan penduduk misalnya melalui program pemberdayaan melalui akses terhadap KUR, Pengembangan ekonomi lokal melalui Dana Desa. Untuk lebih efektifnya program-program tersebut tentunya ketepatan sasaran harus dijaga.
"Selanjutnya, hal penting lainnya juga adalah dengan memberikan perhatian khusus dan akses program pemberdayaan pada kelompok terbesar penduduk miskin, salah satunya petani. Nilai Tukar Petani (NTP) Aceh pada September 2021 khususnya pada sub sektor Tanaman Pangan, Holtikultura dan Peternakan nilainya masih dibawah 100, secara sederhana dimaknai bahwa petani mengalami defisit. Selain itu juga luas lahan yang dikuasai petani di Aceh mayoritas dibawah 0,5 hektar atau disebut petani gurem," pungkasnya. []