kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Ini Penjelasan MaTA Terkait APBAP

Ini Penjelasan MaTA Terkait APBAP

Jum`at, 10 September 2021 08:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : fatur

Koordinator MaTA, Alfian. [Foto: Ist]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Serapan Anggaran Pendapatan Belanja Aceh (APBA) yang sebelumnya dikatakan masih rendah dan jauh dari target Pemerintah Aceh berdasarkan data resmi yang dipublikasikan di situs P2K-APBA (https://p2k-apba.acehprov.go.id/v1/index.php) milik Pemerintah Aceh.

Total pagu Anggaran 2021 sebesar Rp16,445 triliun, sampai Rabu 8 September 2021 APBA baru terealisasi sekitar 35,72 persen dengan rincian Realisasi Keuangan 35,7 persen dan Fisik baru 40 persen.

Mendalami wacana APBAP Dialeksis.com, Jumat (10/9/2021) menghubungi Koordinator MaTA, Alfian. Dirinya mengatakan, catatan MaTA secara penyerapan Anggaran yang paling adalah untuk belanja Aparatur itu selalu habis setiap bulan sudah itu malah normal.

“Sedangkan belanja untuk publik ini menjadi persoalan, nah artinya kalau kita lihat logika dalam konteks anggaran berbasis kinerja artinya anggaran yang sudah dikeluarkan oleh Pemerintah Aceh untuk belanja aparatur itu tidak sebanding apa yang mereka kerjakan untuk pelayanan dan program bagi rakyat Aceh,” ucapnya.

Alfian mengatakan, artinya belanja untuk aparatur selalu habis, dan belanja untuk publik selalu terjadi SiLPA atau dengan posisi sekarang baru 40%.

“Problem yang paling mendasar yaitu adalah, ini bukan soal teknis sehingga proses penyerapan Anggaran itu rendah, tapi ini ya problem politicalwil, karena kami melihat bahwa Gubernur Aceh ini tidak punya visi untuk Aceh sendiri, artinya yang terjadi tontonan oleh rakyat Aceh adalah soal konflik dan DPR,” tegasnya.

Hal terpenting menurut Alfian dalam penyampaiannya, dan untuk soal teknis APBAP guna penyerapan anggaran itu pasti ada solusi, dalam hal ini juga sejauh mana konsistensi, komunikasi dari para pemimpin berbicara sesuai aturan karena menyangkut soal penyerapan anggaran untuk lebih dipercepat.

Lebih lanjut ia menegaskan, selama eksekutif dan legilslatif memiliki visi misi yang sama untuk rakyat Aceh itu akan terjadi (APBAP), Namun jika terjadi manuver-manuver jahat, “Publik sudah tahu siapa pelakunya dan siapa aktornya,” tegasnya.

“Misalnya kasus Apendik, Gubernur Aceh tahu sebelum proses dirancangan awal, tapi karena sudah ketahuan oleh publik, dan termasuk ketahuan oleh BPKP akhirnya Gubernur minta dibatalkan, artinya apa proses alokasi di awal ini memang ada item-item untuk niat jahat,” tegasnya.

Dirinya menyampaikan lagi, itu harusnya menjadi protes dan ditolak dengan tegas.

“Kesimpulan kita sampai hari ini bahwa Gubernur Aceh tidak punya Visi dan Misi ini yang sangat disayangkan,” tegasnya kepada Dialeksis.com.

Lebih lanjut ia mengatakan, selama eksekutif dan legilslatif memiliki visi misi yang sama untuk rakyat Aceh itu akan terjadi (APBAP), Namun jika terjadi manuver-manuver jahat, “Publik sudah tahu siapa pelakunya dan siapa aktornya,” tutupnya kepada Dialeksis.com. [ftr]

Keyword:


Editor :
Alfatur

riset-JSI
Komentar Anda