kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Indonesia Krisis Energi Ini Solusinya Menurut Praktisi Migas

Indonesia Krisis Energi Ini Solusinya Menurut Praktisi Migas

Minggu, 30 Agustus 2020 23:50 WIB

Font: Ukuran: - +


[Foto: Istimewa]

DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Pertumbuhan konsumsi energi terus naik seiring pertumbuhan penduduk. Namun faktanya ketersediaan energi belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri. Bahkan mirisnya lagi menurut Ekonom terkenal Faisal Basri yang dilansir portal medial cnbc indonesia mengatakan cadangan energi Indonesia semakin menurun. Bukan hanya minyak, gas dan batu bara juga mengalami penurunan. Saat ini cadangan batu bara di RI hanya 3,7% dari cadangan dunia, tapi seperempat dari ekspor batu bara dunia atau 26% berasal dari Indonesia.

Mendalami pemikiran Faisal dan realitas ketersediaan energi untuk masyarakat Indonesia, Dialeksis.com menghubungi Muhammad Zukhri seorang Praktisi Migas kenamaan di Indonesia. Dirinya mengatakan Saat ini memang RI sudah di posisi defisit energi. Kebutuhan energi terus meningkat dan tidak dapat diimbangi dengan produksi material untuk memenuhi kebutuhan akan energi seperti migas, panas bumi, batubara dan renewable energy.

"jadi bukan hal baru lagi kalau dikatakan Indonesia krisis energi, jauh-jauh hari sudah bermasalah tata kelola pengelolaan migas di Indonesia sehingga membuat kita diambang krisis energi ke depannya, intinya kita krisis energi sejak RI menjadi net importer minyak"ujar mantan anggota Tim Pembentukan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA).

Zukhri menjelaskan lebih dalam Indonesia menggantungkan pada migas untuk memenuhi sekitar 47 persen dari kebutuhan energinya. Kebutuhan migas sekitar 1,7 juta bph dan angka ini terus naik tiap tahun sedangkan produksi sekitar 780 ribu bph. Jadi defisit migas selalu ditutup dengan impor. Oleh karena ini dibutuhkan "shifting" atau melirik sumber energi lain selain migas. Indonesia sudah menjadi net importir minyak mentah tahun 2002 dan diperkirakan akan menjadi net importir gas pada 2022.

solusi mengatasi krisis energi di Indonesia, Zukhri memberikan masukan untuk mengimbangi kebutuhan energi melalui, mulai mengembangkan renewable energi sebagai energi alternatif yang murah. Kebijakan untuk memberikan akses untuk pengusaha ikut serta dalam penyediaan energi sangat dibutuhkan sebagai penyedia listrik alternatif selain PLN. Bentuk kerjasama antara PLN dan investor swasta mungkin dapat dipertimbangkan.

Selain itu menurut Zukhri menambahkan mulai investasi dalam pengambilan data dan pengeboran eksplorasi migas. Cadangan migas akan terus turun tanpa adanya penemuan cadangan-cadangan baru, "Intensif pengembangan Geothermal. RI memiliki potensi geothermal terbesar di dunia yakni sekitar 27 GWe" ungkap menutup percakapan dengan dialeksis.com.

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda