Iman Juaini: Seni Tradisi Harus Dikembangkan Dengan Perkembangan Zaman
Font: Ukuran: - +
Reporter : fatur
Pendiri dan Direktur Komunitas Saleum Group dari 2006 hingga sekarang, Imam Juaini atau Imam Saleum. [Foto: atjehwatch]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Selama pandemi daya laju segala sektor semua terhambat. Tak luput dari itu juga, bahkan sektor kesenian juga merasakan dampak yang juga.
Seniman, Iman Saleum menjelaskan kepada Dialeksis.com, Senin (02/08/2021) terhambatnya perkembangan seni di Aceh karena 3 hal, yaitu, masa Konflik, Tsunami, dan Covid-19.
“Selama pandemi semua sektor itu terhambat, bahkan dunia seni juga mengalami hal yang sama, karena tidak boleh berkelompok, sedangkan dalam seni tari daerah banyak yang harus berkelompok,” ucapnya.
Dirinya mengatakan, pandemi ini termasuk yang paling parah selain konflik dan tsunami yang pernah menimpa Aceh.
“Kesenian di Aceh masih belum menempat posisinya sebagai kearifan lokal dan sesuatu yang nilai-nilai budaya yang harus dipertahankan, masih dalam perspektif seni itu sebagai hiburan.” Ujarnya.
Sehingga, kata Iman, seni di Aceh yang mau bergerak maka dialah yang hidup.
“Jadi bisa dikatakan secara pengelolaan itu tidak ada, bahkan pemerintah sendiri menganggap hal ini ya begitu saja, mengalir samana semestinya, bahkan bisa dikatakan pemerintah sendiri seperti tidak target atau menganggap seni bisa menjadi sektor yang menghasilkan, atau di ibaratkan seni ini hanya sebagai pelengkap saja, jadi tidak ada pembinaan secara serius,” ujarnya.
Dirinya mengatakan, seperti contohnya, jika ada event-event di Aceh yang mengharuskan seperti kesenian daerah itu harus ada, jadi bisa dikatakan seperti tidak aturan yang menjelaskan bahwasannya setiap ada kegiatan acara apapun dalam bentuk event besar yang mengharuskan kesenian lokal itu ada.
“Bahkan jika kita masuk kedalam pemerintahan, mereka lebih memilih mendatangkan artis dari luar untuk tampil dalam event tersebut, jadi kita hanya sebagai penonton disini, sangat disayangkan, karena jika melihat untuk di Aceh sendiri banyak sekali komunitas yang mumpuni yang bahkan bisa bersaing dengan artis dari luar daerah, disini menjadi masalahnya karena seperti tidak ada pembinaanya, jadi bisa dikatakan pemerintah tidak serius dalam mempertahankan tradisi-tradisi lokal,” tukas Iman.
Iman mengungkap rasa kekecewaannya terhadap pemerintah, karena jika ada event besar secara nasional ataupun internasional yang dimana seniman-seniman lokal ingin ikut partisipasi dalam event tersebut tidak ada dukungan.
“Jadi Kalau saya ingin ikut eventnasional ataupun internasional, jika disponsori oleh pihak event saya hadir, jika tidak dibiayai saya tidak ikut, disini yang menjadi masalahnya, harusnya pemerintah disini lebih melihat seniman lokal daripada seniman luar dan terus dibina agar dapat berkembang dan maju semana mestinya,” ucap Iman.
Iman Saleum menjelaskan, sebenarnya bagaimana cara seni tradisi ini bisa bertahan dengan kondisi jaman saat ini adalah harus ada penyesuaian dengan perkembangan zaman atau terupdate.
“Jadi kita tidak bisa berbicara tentang masa lalu terus, contoh jika dalam seni tari menggunakan dengan pola-pola kekinian yang tak menghilangkan dari nilai tradisinya, dan juga harus menyesuaikan dengan daripada akarnya yang kuat seperti aspek religi, sejarah, patriotis. Jadi ini yang harus ditanamkan, jadi jika merujuk dengan perkembangan saya rasa, mana yang cocok mana yang tidak,” jelasnya.
Lanjutnya, “Dan jika berbicara seni kontemporer maka kita harus melihat dulu sikondisi kita di Aceh yang dimana nilai religi sangat tinggi, seni kontemporer itu harus kita lihat dulu darimana asalnya, bisa tidak dikembangkan di Aceh.” pungkasnya.
Dirinya juga menambahkan, hasil pantauannya selama ini, melihat seni komtemporer ini sudah merambah dan membuat generasi sekarang lebih menyukai kebudayaan daerah lain yang nilai secara religiusnya hilang, dan hal tersebut sangat disayangkan.
“Yang menjadi masalah adalah kita sendiri di Aceh tidak memiliki patron yang kuat dalam seni tradisi yang dimana generasi sekarang mudah melihat seni dari daerah lain yang lebih update dan seni tradisi lokal mulai hilang,” tukas Iman.
Iman Saleum menambahkan, sebenarnya bagaimana keinginannya disini adalah bagaimana seni tradisi juga bisa berjalan sesuai dengan perkembangan zaman dalam bentuk apapun itu. Namun, yang perlu harus dijaga disini adalah Perspektif seni adalah sebuah identitas yang dimana dia lahir dari kebudayaan. Dan kita di Aceh punya aturan bahwa seni dalam pemahaman masyarakat Aceh adalah bagian daripada kebudayaan dan kebudayaan itu tidak lepas dari Agama.
“Jadi apapun bentuk seninya jadi tidak boleh lepas daripada agama, etika dan estetika sehingga ini menjadi patron, sehingga generasi kedepan dia tidak pernah menghilangkan atau membuang nilai tradisi Aceh. Artinya karya seni apapun lahir sudah memiliki ruh atau individual tersebut tidak perlu lagi mengatakan ini berasal dari Aceh, namun orang lain sudah tahu bahwa seni tersebut berasal dari Aceh,” tutupnya kepada Dialeksis.com. [ftr]