HMI Berharap Panitia MTQ Bener Meriah Harus Peka
Font: Ukuran: - +
Reporter : Baga
DIALEKSIS.COM | Redelong- Pelaksanaan MTQ ke ke XXXV Aceh yang dilaksanakan di Bener Meriah mendapat kritikan dari HMI cabang Takengon. Agus Muliara ketua HMI Takengon meminta panitia untuk peka terhadap kegiatan di MTQ.
“Pelaksanaan MTQ di Bener Meriah menjadi suatu kebanggaan dan mendapatkan apresiasi luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat di wilayah tengah Aceh. Kegiatan besar ini sangatlah sejalan dengan visi misi pemerintah kabupaten Bener Meriah, menjadikan Bener Meriah yang Islami, harmoni, maju dan sejahtera," sebut Agus.
Menurut ketua HMI Takengon ini dalam keteranganya kepada Dialeksis.com, Kamis (23/6/2022), dibalik kebanggaan masyarakat akan kegiatan MTQ tingkat provinsi Aceh, ternyata banyak juga hal kontroversi yang di lakukan oleh panitia penyelenggara.
Mulai dari pembukaan, hiburan, bahkan sampai dengan wacana penutupan juga menjadi bahan buah bibir pembicaraan negatif dikalangan masyarakat, sebut Agus.
Pada saat pembukaan, kata Agus, sangat banyak keluhan masyarakat. Terutama terkait arus jalan menuju lokasi pembukaan MTQ yang sangat semberaut. Tidak adanya pengaturan lalu lintas, sehingga terjadinya kemacetan sangat panjang.
“Dampaknya masyarakat banyak yang tidak bisa mengikuti acara pembukaan. Tidak sampai disitu, yang sangat disayangkan, semua pejabat publik seperti gubernur, bupati dan lainnya juga sampai harus turun untuk jalan kaki,” sebut Agus.
Demikian dengan di area lapangan pacuan kuda Bener Meriah merupakan panggung utama pagelaran MTQ. Banyak hiburan yang tidak menggambarkan nilai-nilai ke-Islaman, ada yang juga mengundang khalwat.
Belum lagi untuk penutupan nantinya, yang kabarnya akan ditutup dengan artis dangdut kebanggaan masyarakat Gayo yang di kenal dengan Faul Lida.
"Kita bukan tidak suka dengan saudara kita Faul yang sudah mengharumkan nama Gayo. Tetapi perlu tempatkan semua itu pada posisinya. Ini merupakan kegiatan ke-Islaman. Jadi sangat aneh rasanya kalau ditutup dengan dangdutan,” sebut Agus.
“Walaupun nanti dalihnya kita bukan dangdutan namun dengan sholawatan,” tambah Agus,” Tetapi fremnya sudah berbeda. Faul itu dikenal dengan sosok penyanyi dangdut.”
Adakah yang bisa menjamin nanti penutupan ini tidak sama seperti pembukaan kemarin. Tidak ada pembatas antara laki-laki dan perempuan. Masih banyak cara-cara lain untuk menutup kegiatan besar ini, seperti menghadirkan tokoh-tokoh ulama besar misalnya, sebut Agus.
Kejadian ini hampir sama persis dengan acara MTQ di Kabupaten Banjar Mataram, jelas ketua HMI Takengon ini. Dimana acara MTQ ditutup dengan acara dangdutan, sehingga banyak menimbulkan respons negatif dari masyarakat maupun warganet.
“Apakah Bener Meriah mau mengulang kembali cerita buruk seperti ini. Seharusnya tidak. Karena Bener Meriah adalah salah satu kabupaten yang diisi oleh orang-orang paham agama dan juga dengan visi yang sangat mulia. Jangan sampai mencoreng nama harum Bener meriah, “ pintanya.
Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) meminta agar MPU Bener Meriah dapat menyelesaikan persoalan kontroversi ini. Panitia juga harus peka dan jeli melihat keadaan.
Niat yang baik dan kegiatan positif seperti ini harus meninggalkan catatan yang baik untuk Bener Meriah. Panitia harus dapat memberikan alternatif lain untuk memeriahkan acara penutupan MTQ ke-XXXV, pinta Agus.