kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Hingga September 2018, Inflasi Aceh masih stabil

Hingga September 2018, Inflasi Aceh masih stabil

Kamis, 18 Oktober 2018 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Foto: ist

DIALEKSIS.COM | Bireun-Kondisi inflasi Aceh dari awal tahun sampai dengan Bulan September 2018 tercatat masih stabil. Kondisi ini dipaparkan oleh  Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Aceh, Zainal Arifin Lubis  dalam agenda High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) se-Provinsi Aceh diselenggarakan di Aula Kantor Bupati Bireun, Kamis (18/10/2018).

"Pada bulan September 2018 Provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar 0,74%(mtm), sedangkan secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,33%(yoy). Angka inflasi tersebut merupakan yang terendah sepanjang tahun 2018. Kondisi tersebut (deflasi 0,74%, mtm) berbanding terbalik dengan Agustus 2018 yang mengalami inflasi sebesar 0,26%(mtm) dan September 2017 yang mengalami inflasi sebesar 0,45%(mtm). Capaian tersebut sejalan dengan nasional yang mengalami deflasi sebesar 0,18%(mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 2,88%(yoy) " papar zainal dihadapan perwakilan TPID seluruh kabupaten/kota di Aceh.

kemudian Secara tahunan, inflasi pada September 2018 sebesar 2,33%(yoy), lebih rendah jika dibandingkan Agustus 2018 yang tercatat sebesar 3,55%(yoy). Angka tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan inflasi inflasi September 2017 yang tercatat sebesar 3,85%(yoy).

"Pada triwulan IV-2018, perlu dicermati beberapa hal yang berpotensi mendorong inflasi. Pertama, kondisi cuaca yang kurang baik sehingga berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan yang pada akhirnya mempengaruhi harga ikan, khususnya tongkol yang memiliki andil inflasi besar. Kedua, peningkatan konsumsi masyarakat selama periode perayaan HKBN (Maulid Nabi), khususnya komoditas bahan pangan, karena sesuai data historis inflasi cenderung meningkat pada periode tersebut. Ketiga, liburan akhir tahun berisiko menyebabkan peningkatan tarif angkutan darat dan udara. Keempat, peningkatan aktivitas pembangunan fisik akibat percepatan realisasi APBA yang secara historis terakumulasi di akhir tahun membuat harga barang untuk pembangunan infrastruktur (semen, pasir, besi, dll) cenderung meningkat. Kelima, kemungkinan kenaikan suku bunga acuan Federan Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) berpotensi memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah yang dapat berdampak pada kenaikan barang impor "papar zainal.

Acara ini juga  dihadiri oleh Staf Ahli Plt. Gubernur Aceh Bidang Perekonomian, Keuangan, dan Pembangunan mewakili Plt. Gubernur Aceh selaku Ketua TPID Aceh,Kepala  Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe, Bupati dan Wakil Bupati Bireun, dan Bupati Pidie.  (REL/AP)
Keyword:


Editor :
AMPONDEK

riset-JSI
Komentar Anda