HIMASEP USK dan PASPI Dorong Inovasi dan Keberlanjutan Industri Sawit Aceh
Font: Ukuran: - +
Seminar ilmiah bertajuk Mitos vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global (Edisi Keempat), Sabtu, 23 November 2024. Dokumen untuk dialeksis.com.
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - HIMASEP Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK) bersama Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI) menggelar seminar ilmiah bertajuk Mitos vs Fakta: Industri Minyak Sawit Indonesia dalam Isu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Global (Edisi Keempat), Sabtu, 23 November 2024.
Seminar ini menjadi momen penting untuk mengupas berbagai isu strategis terkait industri kelapa sawit yang kerap kali menjadi sorotan, baik secara nasional maupun global.
Dengan dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), seminar ini menawarkan perspektif ilmiah berbasis data yang bertujuan mengurai mitos dan fakta tentang industri sawit, yang seringkali menjadi sasaran kampanye negatif.
Diskusi juga membuka peluang bagi pengembangan sektor kelapa sawit berkelanjutan di Aceh, sebagai salah satu daerah penghasil utama komoditas ini di Indonesia.
Seminar dibuka oleh Dekan Fakultas Pertanian USK, Prof. Ir. Sugianto, M.Sc., Ph.D., yang menekankan bahwa acara ini adalah langkah strategis dalam memperluas wawasan tentang pentingnya industri sawit bagi masyarakat Aceh dan Indonesia secara umum.
"Aceh memiliki potensi besar dalam industri sawit, terutama dalam konteks hilirisasi berkelanjutan. Kami berharap seminar ini dapat menjadi pemantik bagi mahasiswa, akademisi, dan praktisi untuk berkontribusi pada pengembangan sektor ini secara lebih strategis,” ujarnya.
Salah satu sorotan utama dari seminar ini adalah peluncuran buku Mitos vs Fakta: Industri Sawit Indonesia. Buku yang disusun oleh tim PASPI ini mengupas berbagai isu kontroversial terkait kelapa sawit, serta menyajikan fakta-fakta berdasarkan kajian ilmiah.
Direktur Eksekutif PASPI sekaligus Ketua Tim Penyusun Buku, Dr. Ir. Tungkot Sipayung, menyatakan bahwa sawit adalah komoditas unggulan Indonesia yang memiliki peran signifikan dalam revolusi minyak nabati global.
Ia juga menegaskan bahwa Aceh memiliki peluang besar untuk mempercepat proses hilirisasi, yang akan memberikan dampak positif baik secara ekonomi maupun sosial.
Dalam sesi diskusi, Dr. T. Saiful Bahri, S.P., M.P., dari Departemen Agribisnis USK, menyoroti peran penting petani kecil dalam industri sawit Indonesia.
“Sekitar 40% produksi minyak sawit nasional berasal dari petani kecil. Mereka membutuhkan dukungan kebijakan yang memastikan akses terhadap teknologi, pasar, dan insentif agar dapat berkontribusi secara maksimal dalam rantai pasok sawit,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Aliasuddin, S.E., M.Si., dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK, mengungkapkan bahwa sawit merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia dan pendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di Aceh.
Ia menambahkan bahwa optimalisasi potensi sawit di Aceh akan memberikan efek domino bagi sektor lain, seperti infrastruktur dan investasi.
Dari perspektif teknologi dan keberlanjutan, Prof. Dr. Ir. Eti Indarti, M.Sc., dari Departemen Teknologi Hasil Pertanian USK, memaparkan pentingnya inovasi dalam memanfaatkan hasil sampingan kelapa sawit.
“Minyak sawit tidak hanya menjadi sumber energi dan pangan, tetapi juga memiliki potensi besar dalam meningkatkan ketahanan pangan melalui diversifikasi produk. Upaya inovatif dalam pengelolaan limbah sawit juga menjadi kunci keberlanjutan industri ini,” katanya.
Moderator seminar, Virda Zikria, S.P., M.Sc., menutup acara dengan menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara data ilmiah, kebijakan strategis, dan partisipasi aktif masyarakat dalam mendorong keberlanjutan industri sawit.
“Kelapa sawit adalah penopang ekonomi nasional, namun keberlanjutan sosial dan lingkungan harus menjadi prioritas utama dalam pengembangannya,” ujarnya.
Seminar ini menjadi bukti nyata komitmen HIMASEP dan Fakultas Pertanian USK dalam mendukung pengembangan sektor agribisnis yang berbasis keberlanjutan.
Kesuksesan acara ini juga semakin mempertegas posisi Universitas Syiah Kuala sebagai pusat kajian ilmiah yang berkontribusi pada pengembangan industri sawit Aceh, dengan tetap memperhatikan keseimbangan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Melalui kegiatan ini, Aceh diharapkan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam peta industri sawit nasional dan global, sekaligus memperkuat sinergi antara akademisi, praktisi, dan pemerintah untuk membangun masa depan yang lebih baik.