Kamis, 01 Mei 2025
Beranda / Berita / Aceh / Herman Fithra; Soal 4 Batalyon di Aceh Jangan Dinilai Sepotong-Sepotong

Herman Fithra; Soal 4 Batalyon di Aceh Jangan Dinilai Sepotong-Sepotong

Rabu, 30 April 2025 20:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Baga

DIALEKSIS.COM| Aceh Utara - Soal adanya rencana penambahan 4 Batalyon di Aceh ada yang kontra dan mengiring opini negatif, mendapat tanggapan serius dari Rektor Unimal, Herman Fithra.

Menurut akademisi dan juga alumni Lemhanas ini, ketika diminta wartawan tanggapanya, Rabu (30/04/2025) soal wacana penambahan 4 Batalyon di Aceh, diantaranya satuan Batalyon kesehatan, pangan dan konstruksi, dia sangat setuju dan mendukungnya.

“Itukan ada dua pendapat dosen Unimal, Pak Kemal dan Al Haidar dari Ilmu antropologi yang kurang sepakat istilahnya. Kalau saya berbeda, melihatnya dari sisi wawasan kebangsaan, karena saya dari alumni Lemhanas,” jelas Herman Fithra.

Menurut Herman, seharusnya sebagai negara yang besar, supaya mandiri, tidak didikte asing, kebutuhan pangan harus betul-betul dicukupi oleh bangsa sendiri.

“Sekarang ada program Presiden ketahan pangan menuju kemandirian pangan Indonesia, harus ada yang menghimpun menggerakan itu, salah satunya yang paling siap adalah TNI yang mudah dimobilisasi,” sebutnya.

Herman Fithra mengatakan, adanya rencana pengembangan empat Batalyon di Aceh, termasuk program penerimaan TNI dari sarjana pertanian,

“Saya sangat mendukung program Pangdam IM, Pak Niko, karena itu bagi saya akan memperkuat Aceh sebagai daerah agraris, sehingga pangannya itu tercukupi dan bisa mendorong untuk bisa dikirim ke provinsi yang lain, itu satu sisi,” ujarnya.

Alumni Lemhanas itu juga mengatakan, akan banyak menggunakan TNI yang putra Aceh sendiri yang dikasih kesempatan lebih luas, secara otomatis dapat meningkatkan nasionalisme, itu perlu, artinya jangan dilihat dari sisi tentara itu berperang.

“Tentara Indonesia itu bukan hanya untuk berperang, juga ada TNI manunggal bersama rakyat, jadi banyak hal yang dilakukan tentara saat tidak berperang, dan itu keuntungan bagi kita masyarakat, jadi jangan cuman dilihat dari sisi TNI itu pasti berperang,” ujarnya.

Dia menekankan, TNI juga dipakai pada masa damai salah satunya program pemerintah, menyukseskan ketahanan pangan.

“Kita lihat masih banyak di daerah kita lahan-lahan di Aceh tidak produktif, masih banyak lahan tidak terpakai, kosong begitu. Nah ini yang perlu didorong agar semua lahan itu tidak jadi lahan tidur dan bisa berguna, salah satunya berharap dari TNI untuk membantu mengembangkannya,” sebutnya.

Kemudian yang kedua, apabila ditambah dibangun empat Batalyon akan berdampak mendongkrak ekonomi, ada ratusan prajurit. Maka ekonomi akan tumbuh, baik mereka berbelanja, berinteraksi, jadi ada uang yang berputar dibelanjakan, itu juga harus dipahami, tumbuhnya sektor ekonomi baru di kawasan tersebut.

“Jadi harus dipahami, tambahan empat batalyon baru itu bukan tempur, jangan nanti ditambah-tambahi dan digiring, banyak kali tentara di Aceh, untuk apa, emang Aceh mau perang, nah kawan kawan melihat dari sisi itu,” jelasnya.

Rektor Herman menyebutkan, dia melihat dari sisi positif, demi mensukseskan program pemerintah ketahanan pangan, ketahanan energy. Akan tumbuh ekonomi baru, maka terbuka kesempatan putra-putri atau anak-anak Aceh lapangan kerja, membangkitkan semangat nasionalisme, nah itukan hal yang baik yang harus disuarakan.

“Saya sebagai akademisi dan alumni Lemhanas melihat isu suatu permasalah yang beredar saat ini, dari sisi yang lebih luas lebih komprehensif jadi tidak melihat sepotong-sepotong,” sebutnya.

“Kita itukan pendidikan di Lemhanas, diajarkan bagaimana memandang Indonesia secara keseluruhan tidak sepotong-sepotong, maka pentingnya wawasan kebangsaan,” tegasnya.

Menurutnya, sebagai akademisi maupun masyarakat sangat mendukung adanya penambahan batalyon di Aceh. Kenapa mendukung?

Karena, sebut Herman, TNI itu jangan dilihat dari sebatas untuk berperang, tetapi TNI juga digunakan pada masa damai manunggal bersama rakyat.

Saat ini perlunya peran semua kalangan dan rakyat indonesia dalam menyukseskan program Presiden Prabowo, yakni ketahan pangan, ketahanan energi, dan program penambahan Batalyon.

“Saat ini kan ada program penerimaan tentara berbasis sarjana pertanian, ada juga Batalyon Zeni untuk bangunan. Ada juga nanti batalyon untuk kesehatan, jadi bukan untuk hanya tempur, itu yang harus dipahami dan harus dicerahkan, agar masyarakat paham,” sebutnya.

Adanya tambahan batalyon dapat membuka kesempatan lebih besar anak-anak Aceh menjadi anggota TNI, pasukan prajurit TNI organik sama dengan seperti Batalyon yang sudah ada di Aceh.

“Mereka prajurit organik, ada TNI berbelanja, sehingga ekonomi di daerah tersebut dapat meningkat, dan bisa membantu mengurangi angka kemiskinan juga, termasuk bisa membantu ekonomi keluarganya nanti, karena ada program lapangan pekerjaan,” jelasnya.

Fitra menyayangkan kalau hanya melihat dan menilai dari satu sisi, itukan kurang per juga, tambah tentara lagi, ada apa nih, sehingga membuat orang takut, digiring terus, sementara hal yang lain yang positif tidak diungkap.

“Sekarang kita dorong agar banyak anak Aceh jadi tentara, biasanya itu, seperti yang suka di Menwa, dokter, ada sarjana hukum, tekhnik, setelah tamat daftar jadi prajurit karier,” pungkasnya.


Keyword:


Editor :
Redaksi

Berita Terkait
    riset-JSI
    diskes