kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Henry Manampiring Bagikan Tips Menulis Buku Best Seller di Bincang Literasi Aceh

Henry Manampiring Bagikan Tips Menulis Buku Best Seller di Bincang Literasi Aceh

Minggu, 20 Oktober 2024 19:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Naufal Habibi

Henry Manampiring, penulis buku mega best-seller Filosofi Teras, sebagai pemateri utama dalam acara Bincang Literasi yang berlangsung pada Sabtu (19/10/2024) di gedung Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh. Foto: Naufal Habibi/dialeksis.com.


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka meningkatkan literasi masyarakat Aceh, Bank Indonesia dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh (DPKA) mengadakan acara Bincang Literasi yang berlangsung pada Sabtu (19/10/2024) di gedung Perpustakaan Wilayah Provinsi Aceh. 

Acara ini menghadirkan Henry Manampiring, penulis buku mega best-seller Filosofi Teras, sebagai pemateri utama. 

Kehadirannya menarik perhatian para pencinta buku dan literasi di Aceh, yang ingin mempelajari lebih lanjut tentang seni menulis dan filosofi Stoikisme.

Henry Manampiring, yang dikenal lewat Filosofi Teras, buku yang memperkenalkan ajaran Stoikisme kepada pembaca Indonesia, berbagi banyak wawasan tentang bagaimana menulis buku yang bisa menjadi best seller.

 “Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan ide yang relevan dan dekat dengan kehidupan pembaca. Orang cenderung tertarik pada tema-tema yang mereka anggap memiliki dampak langsung pada kehidupan mereka,” ujarnya.

Henry menekankan pentingnya memahami audiens sebagai kunci sukses dalam menulis. “Ketika saya menulis Filosofi Teras, saya tidak hanya memikirkan apa yang ingin saya sampaikan, tapi juga bagaimana pembaca akan menerima pesan tersebut. Buku yang baik bukan hanya tentang penulis, tetapi bagaimana ia dapat menyentuh hati dan pikiran pembacanya,” jelasnya.

Dia juga membagikan beberapa tips praktis yang dapat membantu calon penulis di Aceh yang ingin karyanya diakui lebih luas. Henry menekankan bahwa setiap penulis harus mampu menghadirkan perspektif baru atau berbeda.

"Ketika saya menulis tentang Stoikisme, saya tahu filsafat ini bukan hal baru, tetapi saya memberikan sudut pandang yang berbeda dengan menyesuaikannya pada konteks kehidupan sehari-hari di Indonesia,” ungkapnya.

Menulis bukan hanya soal inspirasi, tapi juga soal disiplin. Sangat penting bagi seorang penulis untuk menetapkan rutinitas menulis, meskipun hanya beberapa paragraf sehari. Konsistensi ini yang membantu menyelesaikan sebuah buku.

Henry juga mengingatkan bahwa seorang penulis harus menjadi pembaca yang rakus. Dengan membaca lebih banyak.

"Kita akan memiliki referensi yang lebih kaya dan bisa memahami bagaimana penulis lain membangun narasi dan menyampaikan pesan," ujarnya.

Henry mengungkapkan bahwa setiap penulis harus siap menghadapi kritik. Tidak semua orang akan suka dengan apa yang ditulis, dan itu adalah bagian dari proses kreatif. 

"Yang terpenting adalah bagaimana kita menyaring kritik yang membangun untuk meningkatkan karya kita,” sarannya.

Selain berbagi tips menulis, Henry juga mengulas filosofi Stoikisme yang dia angkat dalam Filosofi Teras, terutama bagaimana ajaran ini dapat membantu masyarakat dalam bersosialisasi dan menghadapi tekanan sosial. 

Menurutnya, salah satu prinsip dasar Stoikisme adalah membedakan antara hal-hal yang bisa kita kendalikan dan yang tidak bisa kita kendalikan.

“Dalam bersosialisasi, banyak hal yang berada di luar kendali kita seperti reaksi orang lain terhadap kita, opini mereka, atau bahkan penilaian mereka. Apa yang bisa kita kendalikan adalah bagaimana kita bertindak dan merespons,” jelas Henry. 

Dia menambahkan bahwa prinsip ini dapat membantu seseorang untuk lebih tenang dan tidak terbebani oleh ekspektasi orang lain.

Lebih lanjut, Henry menjelaskan bahwa bersikap tenang dan menerima hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah kunci untuk menjaga hubungan sosial yang sehat. 

"Jangan terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang kita. Fokuslah pada tindakan yang bisa kita lakukan untuk menjadi pribadi yang lebih baik,” tuturnya.

Dalam kesempatan itu, Henry juga membagikan kiat-kiat praktis tentang bagaimana menerapkan Stoikisme dalam interaksi sehari-hari, seperti:

"Ketika kita mengurangi ekspektasi terhadap orang lain, kita akan lebih jarang kecewa dan lebih mudah menerima perbedaan," ujarnya.

Henry mendorong peserta untuk tidak terlalu defensif saat mendapat kritik.

Tanyakan pada diri sendiri, apakah kritik itu valid? Jika ya, jadikan sebagai pelajaran. Jika tidak, abaikan, Kita harus belajar untuk mendapatkan kebahagiaan dari tindakan yang benar, bukan dari pengakuan orang lain. Itulah inti dari Stoikisme," jelasnya.

Acara yang berlangsung selama beberapa jam ini dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, penulis lokal, hingga masyarakat umum.

 Mereka terlihat antusias mendengarkan pemaparan Henry, terutama saat sesi tanya jawab di mana banyak peserta yang menanyakan bagaimana cara menghadapi tekanan sosial dan mempertahankan semangat menulis di tengah kesibukan sehari-hari.

“Saya sangat terinspirasi oleh pemikiran Stoikisme dan cara Pak Henry menyampaikan konsep ini dengan begitu mudah dipahami. Saya juga mendapat banyak insight baru tentang menulis yang akan saya coba terapkan dalam karya saya,” ujar Saiful, salah satu peserta yang hadir.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda