kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Hasil Studi Sebut LGBT Rentan Terinfeksi Virus Cacar Monyet

Hasil Studi Sebut LGBT Rentan Terinfeksi Virus Cacar Monyet

Selasa, 30 Agustus 2022 18:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Ilustrasi Cacar Monyet. [Foto: suarasurabaya.net] 


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Banyak orang khawatir dan bertanya-tanya, apakah cacar monyet berbahaya? Kekhawatiran ini beralasan. Pasalnya, monkeypox atau cacar monyet telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global sejak penyakit kembali mewabah di banyak negara pada awal 2022.  

Untuk diketahui, sedikitnya 40.000 orang dari 90 negara terinfeksi virus monkeypox. Indonesia mengumumkan temuan kasus cacar monyet pertama pada Sabtu (20/8/2022).

Cacar monyet adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Terdapat dua jenis virus cacar monyet, yaitu yang berasal dari kelompok Afrika Barat dan Congo Basin (Afrika Tengah). Perbedaan di antara keduanya adalah virus dari Afrika Barat cenderung menyebabkan gejala lebih ringan.

Adapun penularannya bisa terjadi apabila seseorang bersentuhan dengan hewan dan manusia yang terinfeksi, hingga benda yang terkontaminasi langsung oleh virus. Biasanya virus akan masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, dan selaput lendir (mata, hidung, mulut).

Dikutip Dialeksis.com dari Jurnal Nature Vol 608 Agustus 2022 menyebutkan, penyakit cacar monyet yang kini merebak juga diduga menular lewat hubungan seksual. Hasil studi mengungkapkan, potensi cacar monyet berkaitan dengan hubungan seks pria dengan pria. Karena sejumlah kasus cacar monyet teridentifikasi di antara pria yang melakukan hubungan seks sesama jenis.

Oriol Mitjà seorang peneliti penyakit menular di Germans Trias i Pujol University Hospital di Barcelona, Spanyol mengatakan, sebagian besar kasus cacar monyet terjadi pada pria yang berhubungan seks dengan pria, terutama bagi mereka dengan banyak pasangan dan sering berganti secara serampangan.

"Virus ini mungkin telah memanfaatkan jaringan seksual yang padat di komunitas penyuka sesama jenis untuk menyebar secara efisien," kata Mitjà.

Mitjà menjelaskan, semakin banyak virus terus menyebar, semakin banyak peluang yang dimilikinya untuk menginfeksi populasi lain, termasuk hewan liar. Hal ini telah diperingatkan oleh para ilmuwan karena ada kemungkinan membangun reservoir virus yang dapat menginfeksi manusia berulang kali.

Meskipun sebagian besar ilmuan belum bisa memastikan bahwa virus cacar monyet ditularkan lewat seksual secara absolut, atau ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui darah, air mani atau cairan tubuh lainnya saat berhubungan seks.

Namun, lanjutnya, beberapa penelitian telah menemukan bahwa DNA dari virus cacar monyet terdapat dalam air mani seseorang selama berminggu-minggu setelah mereka terinfeksi. Bahkan salah satu studi melakukan isolasi virus menular dari air mani, satu individu selama enam hari setelah gejalanya muncul.

Selain itu, penelitian ini juga masih belum bisa memastikan seberapa besar peran penularan virus cacar monyet melalui hubungan seksual sesama jenis jika dibandingkan dengan kontak kulit ke kulit, dengan seseorang atau menghirup partikel pernapasan mereka, yang juga terjadi saat berhubungan seks.

Mitjà dan rekan-rekannya mengindikasi pada orang yang mereka periksa, memiliki lebih banyak lesi (jaringan abnormal di kulit) khususnya di mulut dan tenggorokan yang terkait dengan seks oral. Selain itu sampel orang yang terinfeksi juga memiliki lebih banyak lesi di dalam dan sekitar anus dikaitkan dengan seks anal-reseptif.

Kondisi ini, membuat beberapa peneliti khawatir karena wabah ini sudah melewati titik penahanan, mengingat stok vaksin yang tidak memadai dan perawatan antivirus yang tidak dapat diakses, serta proses pengujian yang belum memadai. Selain itu, pendanaan untuk studi virus cacar monyet masih terbatas dibandingkan dengan Covid-19.[NR]


Keyword:


Editor :
Akhyar

riset-JSI
Komentar Anda