DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh setiap tanggal 26 Juli, ratusan anak muda Banda Aceh berkumpul di pesisir Gampong Lampulo, Sabtu sore (26/7/2025).
Mereka tidak datang untuk sekadar berkumpul atau berfoto, tapi turun langsung ke lumpur, menanam ratusan bibit mangrove demi menjaga salah satu ekosistem paling penting dan rentan di Aceh.
Aksi ini digagas oleh Komunitas Ruang Lingkup bersama KNPI Kota Banda Aceh, sebagai bentuk kepedulian generasi muda terhadap lingkungan, khususnya ekosistem mangrove yang tersebar di pesisir kota.
Sekitar 150 peserta hadir, sebagian besar merupakan anak muda dari berbagai komunitas, kampus, dan organisasi kepemudaan.
"Ini bukan hanya sekadar menanam pohon, tapi wujud cinta kami terhadap bumi dan pesisir kota ini," ujar Harir Riskitullah, pendiri Komunitas Ruang Lingkup, saat ditemui media dialeksis.com di lokasi penanaman.
Menurut Harir, kegiatan ini bertujuan mengajak anak muda terlibat langsung dalam pelestarian alam. "Kenapa anak mud karena Banda Aceh ini didominasi oleh anak muda. Kalau mereka sadar sejak dini, maka upaya penghijauan dan penyelamatan lingkungan akan punya masa depan," ungkapnya.
Ruang Lingkup sendiri adalah komunitas sosial yang telah aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan, sosial, dan pemberdayaan masyarakat sejak berdiri beberapa tahun lalu.
“Penanaman mangrove ini bukan pertama dan terakhir. Ini awal dari gerakan berkelanjutan,” tambah Harir,.
Hari Mangrove Sedunia diperingati setiap 26 Juli sejak ditetapkan oleh UNESCO pada 2015. Momen ini bertujuan meningkatkan kesadaran global akan pentingnya ekosistem mangrove yang kini terancam.
Mangrove memiliki fungsi vital sebagai pelindung alami pantai dari erosi dan gelombang badai, penyerap karbon yang efektif, penyaring polutan, dan rumah bagi ratusan spesies biota laut. Bagi masyarakat pesisir, mangrove juga menjadi sumber penghidupan, mulai dari perikanan hingga pariwisata.
Namun kenyataannya, ekosistem mangrove terus menghadapi ancaman serius: konversi lahan, reklamasi, pencemaran limbah, dan kurangnya kesadaran masyarakat. Di Aceh sendiri, banyak kawasan mangrove yang rusak akibat eksploitasi yang tidak terkendali.
Ketua KNPI Kota Banda Aceh, Teuku Muhammad Farizan Arifa mengatakan bahwa kolaborasi lintas komunitas dan organisasi kepemudaan adalah kunci.
“Kami ingin pemuda tidak hanya sibuk di media sosial, tapi juga turun tangan langsung. KNPI siap mendukung setiap gerakan yang membawa dampak baik untuk lingkungan dan masyarakat,” katanya.
Ia berharap aksi tanam mangrove ini menjadi awal dari gerakan kepemudaan yang lebih luas di bidang pelestarian lingkungan.
Ia juga mendorong pemerintah daerah untuk memberikan dukungan nyata, baik berupa fasilitas, edukasi, maupun regulasi yang berpihak pada kelestarian ekosistem.
“Banda Aceh adalah kota pesisir dan semangat anak muda harus terlibat untuk menjaga garis pantai kota ini agar lestari," pungkasnya.