kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Harga Daging Meugang di Banda Aceh Stabil

Harga Daging Meugang di Banda Aceh Stabil

Sabtu, 04 Mei 2019 19:31 WIB

Font: Ukuran: - +


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Harga daging Sapi pada hari Meugang pertama menyambut Ramadan 1440 Hijriah di Kota Banda Aceh, Sabtu (4/5/2019), terpantau stabil di kisaran harga Rp 150-160 ribu.

Untuk memastikan kestabilan harga dan kecukupan stok daging, Wali Kota Banda Aceh Aminullah Usman turun langsung ke sejumlah pasar daging meugang dan pasar tradisional.

Adapun sejumlah pasar yang dikunjungi Aminullah dan rombongan di antaranya Pasar Daging Peunayong di Jl HT Daudsyah, Pasar Daging Beurawe di Jl T Iskandar, dan Pasar Peuniti di Jl Taman Makam Pahlawan.

Saat berada di Pasar Peuniti, wali kota juga turut mengecek harga dan ketersediaan kebutuhan pokok seperti Beras, Gula, Telur, Minyak Goreng, Tepung Terigu, termasuk sayur-mayur dan buah-buahan.

Turut serta dalam peninjauan itu Asisten Pemerintahan Setdako Banda Aceh Faisal dan para Kepala SKPK terkait di lingkungan Pemko Banda Aceh

Kepada awak media, wali kota mengatakan berdasarkan hasil pantauan pihaknya, harga daging meugang stabil di kisaran Rp 150-160 ribu. "Harga ini sama dengan tahun lalu tidak ada kenaikan," kata Aminullah.

Menurutnya, peninjauan pasar meugang rutin dilakukan setiap tahun untuk memastikan tidak ada kenaikan harga. "Jika harga stabil seperti ini pedagang bisa dapat untung dan tidak memberatkan masyarakat," katanya.

Ke depan, ia mengharapkan agar harga daging dapat semakin turun. "Salah satunya dengan mendorong peningkatan produksi daging Sapi lokal, karena selama ini masih banyak daging dari luar sehingga harganya juga masih mengikuti harga dari luar."

"Tadi kita juga sudah cek harga Sembako dan keperluan dapur lainnya, alhamdulillah semua harganya stabil dan stok mencukupi selama Ramadan. Hanya saja ada kenaikan harga Bawang Putih sekira 20 persen akibat kurangnya pasokan. Ini akan segera kita cari solusi dengan dinas terkait," ungkap Aminullah.

Soal hari Meugang menjelang Ramadan yang sudah menjadi tradisi di Aceh, Aminullah menyebutnya sebagai momen sakral bagi masyarakat. "Meugang ini untuk memuliakan Ramadan dan bentuk rasa syukur atas datangnya bulan maghfirah dan ibadah."

"Tradisi Meugang ini perlu terus kita besarkan karena tidak ada di daerah lain di Indonesia. Meugang juga merupakan salah satu warisan budaya Aceh yang cukup menarik atensi wisatawan lokal maupun mancanegara yang datang ke Banda Aceh," pungkasnya. (Jun)

Keyword:


Editor :
Redaksi

riset-JSI
Komentar Anda