Beranda / Berita / Aceh / Hadapi Revolusi Industri 4.0, Perkumpulan Ilmuwan Kumpul di Sabang

Hadapi Revolusi Industri 4.0, Perkumpulan Ilmuwan Kumpul di Sabang

Rabu, 25 September 2019 13:27 WIB

Font: Ukuran: - +



DIALEKSIS.COM | Sabang - Dunia terus mengalami kemajuan. Hampir setiap hari muncul penemuan terbaru menggantikan teknologi lama. Hal ini semakin terasa dalam dua dekade terakhir. Kini dunia sibuk dalam menyambut era baru yang sering disebut sebagai Revolusi Industri 4.0.

Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala (FISIP Unsyiah) pun mengumpulkan ilmuwan dan pakar di Sabang, dalam kegiatan dalam Aceh Global Conference on Social, Communication, Government and Political Sciences (AGC SCOPOS) II, dengan mengangkat tema "The 4th Industrial Revolution Challenges and Issues on Social, Communication, Political and Governmental Aspects: Are We Prepared?"

Hal tersebut sesuai dengan visi Universitas Syiah Kuala seperti disampaikan Rektor Prof Syamsul Rizal pada acara wisuda Unsyiah, 7 Agustus 2019 lalu. "Era ini akan bertumpu pada teknologi robotik, internet of thing, serta kecerdasan buatan (artificial intelligence), sehingga ratusan lapangan pekerjaan akan hilang atau minimal berkurang," katanya.

Revolusi industri adalah sebuah proses perubahan besar secara radikal dan fundamental terhadap cara manusia memproduksi barang dan pengaruhnya terhadap masyarakat dunia setelah itu.

Perubahan besar ini telah berkembang dalam tiga kali tahapan. Saat ini kita tengah menghadapi revolusi industri tahap baru. Revolusi ini tidak hanya merubah sistem produksi semata, namun juga diikuti oleh perubahan besar dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya.

"Sudah pasti ada jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru muncul. Secara lebih luas, Revolusi Industri 4.0 terkait dengan terjadi penurunan dan kelangkaan sumber daya manusia, dan teknologi yang akan mengambil peran penuh dalam peradaban manusia," kata rektor.

Syamsul Rizal menambahkan kemajuan teknologi tersebut jangan ditanggapi negatif, tapi harus dimanfaatkan dengan sebaiknya. Hal ini memberi kita kesempatan untuk mengakses pasar di seluruh dunia, tanpa batasan negara.

Dekan FISIP Unsyiah, Dr Mahdi Syahbandir didampingi Ketua Panitia AGC sekaligus Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr Effendi Hasan, memberi catatan khusus kepada peserta The 2nd Aceh Global Conference 2019.

"Perkembangan dan kemajuan zaman tidak bisa dilawan, harus dihadapi dengan persiapan dan strategi. Dalam forum ilmiah ini kita berharap para peserta peneliti dan pakar dapat memberikan kita solusi serta alternatif. Sehingga dunia akademis selalu dapat berkontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat luas," ujar Mahdi Syahbandir.

Dia mengatakan, pelaksanaan AGC-SCOPOS yang kedua kali ini, merupakan tindakan nyata FISIP Unsyiah mengembangkan ilmu pengetahuan. "Seminar internasional ini juga bagian membesarkan Unsyiah menuju universitas berstandar international," ujarnya, Rabu (25/9/2019).

AGC-SCOPOS II 2019 yang berlangsung pada 25-26 September di Sabang, Aceh, menghadirkan keynote speaker dari berbagai negara, antara lain Assoc Prof Dr Owen Podger (Universitas Canberra, Australia), Dr Siti Suraini Othman (Universitas Sains Islam Malaysia), Assoc Prof Dr AKM Ahsan Ullah (Brunei Darussalam), dan Prof Dr Sukree Langputeh (International Relation Fatoni University, Thailand). Sementara dari dalam negeri hadir Prof Dr Firman Noor Kepala Pusat Penelitian Politik LIPI, serta 100 peneliti dari seluruh Indonesia, termasuk peneliti dari Universitas Syiah Kuala dan universitas lainya di Aceh.

Ketua Panitia AGC SCOPOS 2019 Effendi Hasan menerangkan, pemilihan Pulau Weh (Sabang) sebagai lokasi tuan rumah konferensi kali ini, punya pertimbangan filosofis tersendiri, yakni sebagai dukungan dan komitmen FISIP Unsyiah terhadap dunia pariwisata Aceh dan pengembangan potensi Kawasan Sabang.

"Konferensi internasional ini merupakan kegiatan tahunan yang menjadi agenda penting FISIP Unsyiah sebagai mercusuar peradaban masyarakat. Selain menjadi bagian komitmen kampus dalam kontribusi nyata untuk masyarakat, kegiatan ini juga menjadi sumbangsih keilmuan dari para peneliti yang hadir untuk Aceh, Indonesia dan dunia," ujarnya.

Dia menambahkan, "Harapan yang lazim bagi setiap ajang musyarawah para pakar, output dan outcome yang dihasilkan adalah paparan hasil kajian dan penelitian dari berbagai isu dan tema oleh para akademisi dan profesional yang berkumpul dalam acara conference AGC-SCOPOS kedua."

Adapun keseluruhan hasil buah pikir para peneliti tersebut setelah melalui proses review yang ketat, paper yang terpilih dan layak akan dipublikasikan di jurnal internasional bereputasi yang di index oleh Scopus dan Thomson Reuter.

Sekedar diketahui, konferensi internasional AGC SCOPOS 2019 sudah dimulai dengungnya melalui diperkenalkannya kepada publik dalam acara soft launching halaman web officialnya http://conference.unsyiah.ac.id/agc-scopos/scopos-2019 pada Selasa, (21/5/2019) beberapa bulan lalu.

Pembukaan AGC SCOPOS 2019 dilaksanakan pada Rabu (25/9/2019) pagi ini di Aula Walikota Sabang oleh staf ahli mewakili Walikota Sabang dan Wakil Rektor Unsyiah Prof Dr Ir Marwan.(pd/rel)
Keyword:


Editor :
Pondek

riset-JSI
Komentar Anda