kip lhok
Beranda / Berita / Aceh / Hadapi Bonus Demografi, Alfian: Sekolah Vokasi Harus Berpikir Konsep Berbeda

Hadapi Bonus Demografi, Alfian: Sekolah Vokasi Harus Berpikir Konsep Berbeda

Senin, 16 November 2020 21:00 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Alfi Nora

Alfian Jalil, general manager di PT Idemitsu Kosan. [Dok. Situs Vokasi Kemdikbud]


DIALEKSIS.COM | Nasional - Pada 30 tahun yang akan datang, Indonesia diprediksi mengalami masa bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif atau mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. 

Presiden Joko Widodo menyampaikan bonus demografi adalah tantangan, sekaligus kesempatan besar, Bagaimana cara kita menghadapi masalah besar jika kita tidak mampu menyediakan lapangan kerja, akan menjadi sukses jika kita mampu menghasilkan sumber daya manusia yang maju.

Begitulah yang disampaikan oleh Presiden dalam isi pidatonya ketika dilantik di gedung DPR/MPR pada 2019 lalu.

Menurut Alfian Jalil sebagai lulusan Politeknik Negeri Lhokseumawe yang kini sukses meniti karier sebagai general manager di PT Idemitsu Kosan, untuk terciptanya kesempatan tersebut harus adanya program revitalisasi pendidikan vokasi untuk menciptakan SDM yang dinamis, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berdaya saing global. 

"Saya sangat optimis kepada pemerintah yang telah mengambil langkah yang tepat untuk meningkatkan mutu dan kualitas sumber daya manusianya. Meski demikian tenaga kerja yang berlimpah ini harus disesuaikan dengan revolusi dunia industri 4.0 yang menyebabkan banyak peran tenaga manusia digantikan dengan mesin," ujar Alfian mengutip situs Vokasi Kemdikbud, Senin (16/11/2020).

"Oleh karena itu, sekolah vokasi itu harus berpikir dengan konsep yang berbeda dibandingkan dengan sebelumnya," tambahnya.

Pendidikan vokasi perlu mengembangkan kurikulum pendidikan yang tidak hanya menyiapkan tenaga siap kerja, namun juga mampu berpikir kreatif dengan melihat peluang bisnis yang ada. 

"Kalau dulu di sekolah vokasi dididik untuk bekerja di industri, mungkin harus ada tambahan, misalnya dengan mata kuliah how to run the business. jadi, tidak hanya bekerja di industri, tapi juga percaya diri untuk running bisnis sendiri," jelasnya.

Alfian juga menguraikan, dengan pendidikan karakter dan mindset enterpeneurship, diharapakan lulusan vokasi diharapkan tidak hanya mampu bersaing di dunia usaha dan dunia industri, melainkan juga mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.

Hal ini tentunya akan membantu menekan angka pengangguran yang terus meningkat, serta menjadi solusi atas kekhawatiran tenaga manusia yang berpotensi digantikan dengan sistem robotic di masa depan.

Selain itu, Alfian juga berharap pemerintah dapat menjembatani lembaga dan sekolah di dalam negeri agar memiliki peluang untuk bekerja secara profesional di luar negeri.

Keyword:


Editor :
Sara Masroni

riset-JSI
Komentar Anda