Beranda / Berita / Aceh / Guru Besar UIN Ar-Raniry Tanggapi Penutupan Masjid Yayasan Cut Meutia

Guru Besar UIN Ar-Raniry Tanggapi Penutupan Masjid Yayasan Cut Meutia

Sabtu, 24 Februari 2024 15:30 WIB

Font: Ukuran: - +

Reporter : Nora

Guru Besar Ilmu Filsafat Islam dari UIN Ar-Raniry, Prof. Syamsul Rijal. [Foto: Net]


DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Guru Besar Ilmu Filsafat Islam dari UIN Ar-Raniry, Prof. Syamsul Rijal, memberikan tanggapan bijak terkait penutupan sementara Masjid di Komplek Yayasan Cut Meutia Banda Aceh.

Dalam konstelasi kehidupan terkini, Prof Syamsul menekankan pentingnya kembali kepada ajaran Rasulullah, yang mengajarkan sistem sosial keagamaan sebagai landasan.

"Dalam konteks internal keislaman, kita tidak boleh saling mengkafirkan, tapi yang dituntut adalah saling mengingatkan kebenaran, bukan saling menghujat, apalagi saling komplen bahwa kita yang benar itu bukan prinsip islami," kata Prof Syamsul saat diwawancarai Dialeksis.com, Sabtu (24/2/2024).

Prof Syamsul Rijal menyoroti bahwa Rasulullah adalah satu-satunya yang tidak memiliki kesalahan dan dosa, sementara manusia lain memiliki kekurangan.

"Hanya Rasulullah yang tidak punya kesalahan dan dosa, sementara di luar itu semua punya kesalahan dan dosa," ujarnya.

Ia menegaskan bahwa sebagai manusia yang hidup dalam dosa, tugas kita adalah memperbanyak amal ibadah untuk seimbang dengan dosa-dosa yang dilakukan. Oleh karena itu, saling mengkafirkan dan mengklaim bahwa satu pihak benar dan yang lain salah bukanlah tindakan bijak dalam perspektif Islam.

"Kita ini sebenarnya manusia pendosa yang menjalani kehidupan untuk memperbanyak amal ibadahnya agar seimbang dengan dosa-dosa yang dilakukan," tambahnya.

Prof Syamsul mengajak untuk menjauhi tindakan saling mengkafirkan, menyudutkan, dan mengklaim bahwa satu pihak benar dan yang lain salah. Tanggapan bijak ini menggarisbawahi pentingnya menjaga persatuan dan toleransi di dalam masyarakat, terutama dalam konteks kehidupan beragama.

Dengan penuh hikmah, Prof Syamsul menyampaikan pesan bahwa dalam merespons perbedaan pendapat atau situasi yang kompleks, penting untuk mengutamakan dialog, pemahaman, dan semangat kebersamaan untuk mencapai solusi yang harmonis dan membangun.

Keyword:


Editor :
Alfi Nora

riset-JSI
Komentar Anda