Gubernur Aceh: Imunisasi Lengkap Bentuk Tanggungjawab Orangtua dan Pemerintah Lindungi Generasi Penerus
Font: Ukuran: - +
Gubernur Aceh, Ir. H. Nova Iriansyah, MT, memberikan arahan dalam rangkaian kegiatan zikir dan doa bersama ASN Pemerintah Aceh yang digelar secara virtual, di Aula RSUD Datu Beru Takengon, Jumat (3/6/2022). [Foto: Humas Aceh]
DIALEKSIS.COM | Takengon - Pemberian imunisasi lengkap kepada anak adalah bentuk tanggungjawab langsung orang tua (Ortu) kepada anaknya, dan itu juga menjadi tanggungjawab pemangku kebijakan terkait, sebagai upaya melindungi anak-anak sebagai generasi penerus bangsa agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
“Ada begitu banyak penyakit yang menghantui, imunisasi menjadi salah satu skema kesehatan untuk melindungi anak pada masa usia emas,” demikian ungkap Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, dalam kesempatan zikir dan doa rutin Pemerintah Aceh, dari Rumah Sakit Umum Daerah Datu Beru Takengon, Jumat (3/6/2022) pagi.
Gubernur mengapresiasi upaya Sekda Aceh dan jajarannya yang lain dalam mensosialisasikan kegiatan bulan imunisasi anak nasional (BIAN) melalui kegiatan zikir rutin. Menurutnya, tanpa BIAN pun, imunisasi pada anak secara lengkap juga perlu dilakukan.
“Kalau mau kebal dari penyakit maka kita harus masuk pada kegiatan kekebalan, dengan cara imunisasi. Analoginya seperti kalau mau iman kita kebal, maka sebulan dalam setahun kita masuk dalam Bulan Ramadhan dengan segala kelebihan amalannya, untuk menyucikan diri dan menguatkan iman,” kata Nova.
Dalam kesempatan tersebut, Nova mengajak semua pihak untuk bersyukur atas keberhasilan penanganan Pandemi Covid-19 di Aceh. Sebagaimana keberhasilan menangani Covid, ia pun mengajak semua pihak untuk juga menyukseskan imunisasi anak, agar terhindar dari berbagai penyakit. Ia mengatakan, suksesnya imunisasi anak merupakan upaya membentuk masa depan yang baik.
“Jangan lalai untuk tidak imunisasi generasi penerus kita. Banyak penyakit menghantui kita,” kata Nova.
Lebih lanjut, Gubernur Aceh itu mengapresiasi kegiatan zikir dan donor darah rutin ASN Pemerintah Aceh. Ia merasa bangga dan berharap kegiatan tersebut dapat menjadi tradisi. Karena, kedua kegiatan tersebut merupakan implementasi nilai syariat Islam yang paling kongkret. Di mana lantunan zikir mengingat Allah dan sumbangan darah kepada mereka yang sakit merupakan inti dari ajaran Islam.
“Saya pikir semua yang kita lakukan untuk kepentingan kita semua. Mari berkolaborasi, doktrinnya semua yang kita lakukan adalah bernilai ibadah. Lakukan saja, Insya Allah akan mendapat pahala dari Allah dan kita harus yakin itu sebagai orang yang beriman,” ujar Nova.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Pemerintah Aceh juga menghadirkan sejumlah orang tua anak yang harus dirawat di RS Datu Beru, akibat kurangnya pemberian imunisasi. Mereka diminta untuk menyampaikan pengalamannya kepada seluruh peserta zikir tentang betapa pentingnya imunisasi bagi anak.
Adalah Lola Susana, ibu dari empat orang anak tersebut mengajak semua orang tua untuk mengimunisasi anaknya dan tidak perlu takut. Ia mengatakan, tiga dari empat anaknya sudah diberi imunisasi lengkap. Sementara anaknya yang keempat tidak diberi imunisasi lengkap karena pada saat wabah Covid melanda ia khawatir keluar membawa anaknya.
“Empat hari yang lalu, anak keempat saya menderita demam tinggi, batuk berat dan muncul bercak-bercak merah di seluruh tubuh. Dokter mengatakan anak saya menderita penyakit campak yang bisa menyebabkan komplikasi berat seperti radang paru dan otak,” kata Lola.
Hal yang sama juga disampaikan Ruaida Fitri. Dari empat orang anaknya, anak pertama dan kedua rutin ia bawa ke puskesmas untuk imunisasi lengkap. Sementara anak ketiga dan keempatnya tidak diberi imunisasi lengkap karena takut ke Puskesmas di masa Covid-19 lalu.
“Sehingga pada bulan Maret kemarin anak saya menderita demam tinggi, batuk, muntah, diare dan rewel. Karena takut saya langsung bawa ke Puskesmas dan Alhamdulillah setelah ditangani kondisi anak mulai membaik. Pihak puskesmas menyarankan saya untuk memberi imunisasi lanjutan,” kata Fitri. [HA]