Generasi Muda Dinilai Apatis Terhadap Isu Korupsi, TikTok Jadi Penyebabnya
Font: Ukuran: - +
Reporter : Naufal Habibi
Yuki Arief Wijaya, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala. [Foto: Dokumen untuk dialeksis.com]
DIALEKSIS.COM | Banda Aceh - Yuki Arief Wijaya, mahasiswa Ilmu Politik Universitas Syiah Kuala mengatakan bahwa awal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang diberi tajuk Masa Bersih-Bersih menjadi sorotan utama.
Pemerintah bergerak cepat (gercep) dalam menindaklanjuti pemberantasan korupsi, termasuk menetapkan tokoh publik seperti Tom Lembong sebagai tersangka.
Langkah ini menunjukkan komitmen serius pemerintah dalam menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Namun, di sisi lain, perhatian generasi muda terhadap isu ini dinilai semakin memudar, tergeser oleh fenomena budaya digital seperti TikTok.
“Korupsi di sektor strategis seperti perdagangan gula, yang menjadi komoditas vital bagi kehidupan masyarakat, harus diberantas. Pemerintah telah menunjukkan komitmennya dengan mengambil langkah tegas terhadap siapa pun yang terlibat. Tapi masalahnya, apakah kita, generasi muda, benar-benar peduli?” ujar Yuki kepada Dialeksis.com, Rabu (11/12/2024).
Menurut Yuki, media sosial seperti TikTok telah menjadi ruang hiburan utama bagi generasi muda, tetapi juga menjadi salah satu penyebab apatisme terhadap isu-isu penting, termasuk pemberantasan korupsi.
“Orang-orang muda sekarang lebih fokus membuat konten daripada memahami dampak nyata korupsi terhadap kesejahteraan masyarakat. Ini sangat mengkhawatirkan,” tambahnya.
TikTok dan platform serupa menciptakan bubble informasi yang sering kali membuat penggunanya terisolasi dari isu-isu krusial.
"Ketika pemerintah berupaya keras membersihkan sistem, banyak dari kita justru sibuk scrolling tanpa memahami apa yang sebenarnya terjadi di negeri ini," katanya.
Namun, Yuki juga menekankan bahwa generasi muda harus lebih proaktif dalam mendukung gerakan anti-korupsi pemerintah.
“Kita sering mendengar tentang visi Indonesia Emas 2045, tetapi tanpa partisipasi generasi muda, itu hanya akan menjadi slogan kosong. Generasi muda harus lebih banyak belajar dan mendukung langkah-langkah positif pemerintah, bukan justru terjebak dalam dunia maya yang tidak relevan,” tegasnya.
Yuki mengusulkan perlunya edukasi politik dan sosial di kalangan anak muda. Pendidikan anti-korupsi harus dimulai dari kampus dan komunitas, memanfaatkan media sosial sebagai sarana kampanye, bukan sekadar hiburan.
"Ini adalah tantangan bagi kita semua, termasuk pemerintah, untuk memastikan generasi muda tidak hanya sibuk membuat konten, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya transparansi dan integritas,” ucapnya.
Di tengah upaya pemerintah untuk memberantas korupsi, keterlibatan generasi muda sangat penting. Apatisme hanya akan memperlambat perubahan yang sedang diupayakan.
Dengan dukungan aktif dari masyarakat, terutama kaum muda, mimpi Indonesia menjadi negara yang bersih dan adil dapat terwujud.
"Sekarang waktunya kita bergerak bersama. Jangan hanya berharap pemerintah bekerja sendirian. Kita adalah bagian dari solusi," pungkasnya. [nh]